Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Obsesi Dosen Jomblo

12 Januari 2020   15:02 Diperbarui: 16 September 2020   15:07 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Echinacea flower (Foto Anantapuspita.wordpress.com)

Semester tujuh dilalui dengan enam belas pertemuan sesi kuliah. Sebanyak itu pula aku bisa bertemu dengan Daisy Listya. Bahkan mungkin lebih, jika ada juga pertemuan yang diluar jam kuliah. Ujian akhir semesterpun sudah usai dan nilai-nilai  mahasiswa juga sudah keluar.

Satu semester bersama Listya telah mengembalikan gairah dalam hidupku yang selama ini hambar. Dia memiliki karakter yang kuat, sangat memegang kuat berprinsip. Setidaknya itu yang dapat aku lihat dari kepribadiannya, selama beberapa minggu ini mengenalnya. Penampilannya sederhana dengan postur semampai tapi proporsional. Wajahnya dibiarkan alami tanpa riasan namun tetap memancarkan aura kecantikannya.

Aku bersyukur bertemu dengannya namun tetap mencoba untuk realistis dan tidak terlalu berharap banyak apakah Daisy Listya bisa memahami perasaanku. Aku menyadari usianya yang saat ini baru dua puluh satu tahun, terlalu muda untukku. Mungkin dia tidak memiliki perasaan apapun kepadaku. Mungkin dia hanya menghormatiku sekedar sebagai dosen pembimbingnya.

Usiaku hampir empat puluh tahun sedangkan usianya separuh usiaku. Dia cantik dan menawan, rasanya sangat masuk akal kalau saat ini Daisy Listya sudah punya pacar. Dan sangat sulit---dan terlihat konyol, kalau aku harus bersaing dengan pemuda berusia dua puluhan, yang tengah ada dalam masa prima.

Jadi, biarlah untuk sementara ini aku menikmati gairah muncul kembali ini dengan diriku sendiri saja. Merasakan kebahagiaan yang dulu pernah kumiliki untuk saat ini saja sudah cukup untukku. Menikmati kedamaian di hatiku setiap kali mendengar suaranya yang lembut. Merasakan luapan gairan ketika aku memandangi wajahnya yang memesona.

Daisy Listya bukan Diana Faria namun ada aura Diana Faria dalam dirinya. Dan hal itu yang mendorongku untuk mulai melangkah lagi meraih cintaku yang pernah hilang.

Daisy Listya ibarat puspita di hati yang mulai merekah. Dan aromanya yang semerbak ibarat asa yang mewangi memenuhi ruang hati. Mungkinkah asa itu bisa terus memenuhi ruang hatiku?

Salam hangat @hensa 

Keterangan : [1] Instrumen Laboratorium Farmasi untuk analisa suatu senyawa. 

[2] Instrumen Laboratorium Farmasi untuk analisa komponen berdasarkan warna.

[3] Peneraan alat untuk memastikan keakurasian hasil analisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun