Mohon tunggu...
Heni Nugrohojati Silalahi
Heni Nugrohojati Silalahi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis artikel dengan topik parenting, keluarga, dan komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengatasi Bosan pada Anak

1 Februari 2023   12:50 Diperbarui: 2 November 2023   05:27 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Janko Ferli on Unsplash   

Ah aku bosan, mau nonton aja sekarang!

Aku boleh dibelikan mainan baru tidak? Aku udah bosan sama yang ini.

Di atas adalah contoh rengekan saat anak sudah bosan dengan apa yang ada di depannya. Ketika berhadapan dengan situasi di atas, sebagai orang tua kita punya dua pilihan: segera kabulkan permintaan anak atau tunggu, ada cara lain.

Dibya Chouduri, seorang profesor konseling di Eastern Michigan University mengatakan bahwa bosan adalah emosi yang normal pada anak dan sebenarnya bukan hal yang buruk.

Rasa bosan, adalah "urge for creativity". Anak sering bosan karena ide mereka banyak dan keinginan mereka untuk berimajinasi dan berkreasi.

Namun terkadang orangtua dan masyarakat kita adalah pembunuh utama kreativitas itu. Ketika anak-anak tidak ada kegiatan, cara mengatasinya dengan memberikan ijin untuk menyalakan  TV, tab, handphone atau video game. Solusi instan ini sebenarnya menyabotase proses berpikir anak. Padahal anak perlu memiliki waktu untuk mengembangkan imajinasi, mewujudkan pengalaman melalui aktivitas bermain atau hanya sekadar mengamati lingkungan sekitar mereka.

Memberi waktu pada anak untuk merasakan bosan, artinya kita mendekatkan anak untuk berjumpa dengan banyak hal berharga.  Apa sajakah itu?

1. Membentuk karakter anak

Hal ini diungkapkan oleh Sandi Mann, penulis The Science of Boredom dan pengajar senior jurusan psikologi di University of Central Lancashire. Rasa bosan memicu pikiran anak untuk mengembara. Mereka bisa melamun lalu memunculkan ide, mencoba berbagai hal, berinisiatif, dan menyelesaikan masalah. 

Situasi ini mengarah pada petualangan, pengambilan risiko, dan pemikiran out of the box. Hal demikian sangat berguna untuk imajinasi dan akan membantu mereka di masa depan. Jika mereka memiliki media untuk berekspresi lepas sampai puas, mereka akan dapat mengatasi masa krisis dengan lebih baik seiring bertambahnya usia.

2. Membantu mengenali minat anak

Untuk mengatasi rasa bosannya, tentu anak hanya akan melakukan apa yang mereka sukai. Lambat laun akan terlihat aktivitas apa yang kerap mereka eksplorasi. 

Bisa bermain balok susun, membolak balik buku untuk sekadar melihat gambar, membaca (bagi yang sudah bisa) atau bermain peran. Pola inilah yang bisa orang tua jadikan bekal untuk menuntun bakat dan minat anak lebih jauh.

3. Mengasah kemampuan bersosialisasi

Orang tua sebaiknya mendukung anaknya untuk bermain dengan anak-anak lain. Keterampilan interpersonal ini penting untuk dibangun sejak dini. Hal ini mengingat saat ini mereka hidup dalam generasi yang sangat terobsesi dengan teknologi. 

Biarkan mereka belajar berkomunikasi, melakukan kontak mata dan membaca bahasa tubuh teman-temannya. Kebiasaan mereka untuk bertemu dengan orang di luar rumah dapat mendorong terjadinya negosiasi dan kolaborasi yang berguna untuk keseharian mereka.

Namun, tak semua anak bisa segera menemukan aktivitas pengganti untuk mengobati kebosanan mereka. Sebagai orang tua, kita bisa mulai memberi umpan agar anak-anak bisa menemukan caranya sendiri. Contoh sederhana, ketika anak sudah bosan bermain lego, beri saja ia semangkuk tepung. Lalu biarkan anak berpikir akan ia apakan tepung itu. Beri ia keheningan, tak perlu kita mengarahkan. Tunggu saja, imajinasi akan menuntunnya dan kita akan kagum dibuatnya.

Tahan diri untuk tidak segera mengijinkan anak screen time di luar jamnya ya Bapak Ibu. Bagi yang belum terbiasa mendampingi anak untuk mengelola rasa bosannya tentu aktivitas ini tidak mudah. Tetapi bukan berarti tidak bisa. Sebagai pengingat, anak-anak dianugerahi kemampuan adaptasi yang cepat. Asal orang tua konsisten, lambat laun pasti anak-anak bisa mengatasi rasa bosannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun