***
Suasana menjadi sedikit kaku seketika itu juga. "Ayo Nak Paimin, Nak Paijo dicicipi dulu kue buatan ibu, "ibu Surti berusaha mencairkan suasana.
Hati Paimin bergemuruh tidak menentu. Kakinya seakan tidak sedang menginjak lantai. Dia sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa lamaran yang akan dia berikan kepada Surti tersayang akhirnya tertolak dengan sukses.
Bagaimana mungkin Surti, gadis polos dan sederhana, yang selama ini dia kenal, bisa berubah sikap sedemikian cepat ? Bukankah Surti sendiri yang memintanya untuk membelikan cincin emas bermata merah ?Â
Ternyata itu hanya salah satu permintaan yang ditawarkan oleh Surti. Paijo bukan hanya datang dengan membawa sebentuk cincin emas bermata merah seperti dirinya. Lebih dari itu, Paijo mampu memberikan hadiah lain berupa mobil mewah warna merah dan sepetak tanah yang cukup luas untuk masa depan mereka kelak.
Tentu saja, orang tua Surti menilai bahwa Paijo akan menjadi suami yang lebih sukses dan bertanggung-jawab secara moral dan material dibandingkan Paimin. Ini modal terpenting dan dibutuhkan demi masa depan anak-anak mereka yang lebih baik kelak di masa mendatang.
Paimin pulang ke rumah dengan wajah lesu seperti kurang darah dan tidak bertenaga. Pupus sudah harapan yang dia bangun selama ini untuk mempersunting Surti.
Pengorbanan waktu dan tenaga, serta hati yang telah diserahkan secara utuh dan bulat kepada gadis satu-satunya di hati tidak dihargai. Mengapa Surti tega memberikan harapan ? Jika pada akhirnya dia bukan pilihan.Â
Bukan setahun dua tahun Paimin menjalin hubungan dengan Surti. Ternyata waktu yang lama itu tidak bisa membuktikan kualitas hubungan yang harusnya sudah terjalin dengan sangat baik.Â
Ditengah pergolakan rasa kecewa dan sedih yang tiada tara atas kegagalan cintanya terhadap Surti, mata Paimin masih terus mencari-cari berita di sosial media tentang informasi perekrutan guru PPPK tahun ini.Â
Logika di dalam kepalanya berputar-putar seakan bingung mencari jalan keluar. Jika tujuan perekrutan PPPK untuk mengubah nasib para guru honorer agar menjadi lebih baik maka mengapa yang lolos dan mendapat afirmasi tertinggi justru guru swasta yang memiliki sertifikat pendidik?