***
Dengan perasaan dag dig dug, Paimin mengetuk pintu rumah Surti. Untuk beberapa saat dia menunggu, hingga akhirnya ada seseorang yang membuka dari balik pintu.
"Oh Nak Paimin, mari silahkan masuk," ibu Surti mempersilahkan Paimin sambil tersenyum ramah. Dalam hati, Paimin merasa beruntung sekali memiliki calon ibu mertua yang baik.Â
"Silahkan duduk dulu," lanjut ibu Surti. Sesaat kemudian, Bapak Hardiman, ayah Surti muncul dan menemui Paimin di ruang tamu. Bibir Paimin seolah bergetar, tidak tahu bagaimana cara membuka pembicaraan diantara mereka.
Surti datang membawa cangkir minuman untuk Paimin dan kedua orang tuanya. Melihat wajah Surti yang sumringah, Paimin menjadi lebih percaya diri. "Mohon maaf, bapak dan ibu, jika diperkenankan, saya bermaksud mengajak orang tua untuk melamar dik Surti." Paimin mencoba menguasai diri untuk lebih bersikap tenang meskipun suaranya terdengar sedikit bergetar.Â
Untuk beberapa saat, ayah Surti terdiam, hingga akhirnya mengatakan, " Kami sebagai orang tua memasrahkan keputusan kepada Surti sepenuhnya, Nak Paimin," lanjut Pak Hardiman, "Surti, apa kamu bersedia diminta oleh Mas Paimin?"
Surti yang ditanya oleh ayahnya hanya diam dan tertunduk malu. Mata Paimin tidak lepas memandang pipi Surti yang memerah dan berharap ada berita gembira yang keluar dari mulut gadis pujaannya ini.Â
"Dik Surti, ini cincin yang adik minta, sudah mas belikan, " ucap Paimin seraya menyerahkan sebuah kotak perhiasan mungil berbentuk hati. Raut muka Paimin semakin bersinar. Gurat-gurat kebahagiaan menghiasi wajahnya yang tampan.Â
"Ma...maaf, Mas Paimin, "ujar Surti terbata-bata. "Surti senang Mas Paimin bisa memenuhi permintaan Surti, tetapi...," belum sempat Surti menyelesaikan perkataannya tiba-tiba ada seseorang yang datang dan mengucapkan salam.
"Monggo Nak Paijo, silahkan masuk. Bapak sudah menunggu dari tadi, " ibu Surti mempersilahkan masuk kepada tamu yang baru datang ini masih dengan senyuman ramah dan bahkan terkesan lebih akrab daripada sikap beliau kepada Paimin.Â
"Mas Paimin, perkenalkan ini Mas Paijo, " celetuk Surti dengan senyum yang lebih lebar dari sebelumnya. "Mas Paijo, ini Mas Paimin yang sering mengantar jemput Surti ketika mengikuti les menjahit di kampung sebelah," lanjut Surti sambil tersenyum penuh arti.