Mohon tunggu...
Hengky Fanggian
Hengky Fanggian Mohon Tunggu... Wiraswasta -

There Must be a Balance Between What You Read and You What Write

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Why Still Be a Kompasianer Whilst As a Youtuber We Can Get Paid

17 November 2016   22:03 Diperbarui: 27 November 2016   12:09 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Bandingkan dengan film comedy yang dibintangi James Wood dan Michael J Fox. Sepanjang film dari awal hingga akhir kami semua di theater terpingkal pingkal. Bahkan sampai harus memegangi perut kita. Sungguh lucu dan jenaka, padahal 2 actor tersebut tak pernah melucu. Bahkan James Wood dengan tampang kerasnya tak pernah tersenyum sekalipun apalagi tertawa. Di film tersebut tak ada satupun pemainnya yang mencoba melucu baik lewat gerakan ataupun perkataan, absolutely NEVER. Adegan biasa membuahkan ledakan tawa membahana di dalam theater. Saat Michel J Fox ketakutan di dalam KRL saat berhadapan dengan para preman sehingga dia gemetar dan berkeringat, sontak ledakan tawa bergemuruh, penulis bahkan harus memegang perut saking tak tahan. Juga di bagian penutup saat James Wood kaget sehingga melonjak dari kursinya… itu membuat penonton benar-benar tak terkendali tawanya. Film tersebut dibuat dengan profesionalitas SUPER, beda banget dengan video youtube tontonan Bocah Kampung yang SUPER ala kadarnya.

Pembaca bila anda terbiasa dengan film Hollywood kwalitas super, bagaimana mungkin pembaca mau menjadi youtuber spesialis tontonan kaum BoPung HANYA demi meraup dollar. Andai pembaca memaksakan diri untuk menjadi youtuber semacam itu, demi uang dan demi nafkahi anak/istri…. Belum tentu pembaca sukses. Why ??? jawabnya gampang… penonton akan lebih suka yang asli bukan yang KW alias tiruan.

Penonton alay akan lebih suka celebrity alay yang asli, bukan kita ini yang demi nafkahi keluarga berpura-pura, berperan sebagai orang alay. Gimana kita dapat menjiwai peran para alay sebagus para alay itu sendiri. Jack Nicholson yang dapat Oscar saat berperan sebagai orang gila masih kalah kok dibanding para orang gila yang asli. Itu yang harus kita ingat dan camkan, jangan sampai kemudian istri kita tiba-tiba samperin kita di kantor, meraba raba kepala kita kemudian ngomong “jatuhnya di bagian yang mana, ayo pergi ke hospital untuk rontgen”. Nah lu.

Pembaca menjadi youtuber itu tidak salah, bahkan penulis sendiripun saat ini sedang mencoba menjadi youtuber. Tapi youtuber yang khusus sajikan artikel di Kompasiana. Memang pernah ada juga youtuber lain yang kutip dari artikel Kompasiana, namun itu hanya sekilas. Chanel youtube penulis nantinya khusus hanya untuk artikel Kompasiana. Anggap saja itu sebagai pelipur lara untuk “chanel Kompasiana” yang dihapus dari KompasTV.

Penulis sadar bahwa nantinya mungkin penonton/pendengar tak selaris chanel lain yang sudah ada, namun ini tujuannya memang bukan untuk komersil. Penulis bahkan sadar bahwa banyaknya penontonpun percuma alias tak dapat menarik dollar sesenpun bila tak ada satupun yang mau nonton iklan yang terselip pada video yang kita unggah.

Chanel tersebut minimal berguna bagi kita para kompasianer yang sedang sibuk bekerja sehingga tak sempat memeloti PC. Nah chanel tersebut dibuat untuk mendengar pembacaan artikel-artikelnya yang sangat qualified. Jangan khawatir, suara pembacaan artikel akan penulis buat sekeras dan sejernih mungkin. Kuota internetpun dapat disiasati dengan menurunkan kwalitas resolusi layar ketitik terendah tanpa mengurangi kwalitas suara.


Penulis bahkan berharap bukan hanya artikel semata yang akan penulis unggah tapi juga puisi atau prosa. Kalau yang tipe ini penulis berharap penulis sastra tersebut sudi mengirimkan rekaman suaranya ke WA penulis. Maklum suara penulis sumbang, untuk pembacaan artikelpun penulis akan minta bantuan mbaK (sister) Google. Selain suara cucu perempuan mbaH Google tersebut lebih baik dari suara penulis, juga untuk mengejar jumlah upload.

Penulis ingin mengupload sebanyak mungkin artikel Kompasiana. Namun mengingat penulis Gaptek bin Katrok maka proses tersebut jadi tertunda-tunda karena harus belajar teknisnya dulu. Semoga minggu depan kita semua dapat menikmati artikel Kompasiana di Youtube.

Bagi pembaca yang ragu meningkatkan diri menjadi penulis aktip. Disini akan penulis bukakan satu fakta tak terbantahkan bahwa penulis ini dulunya amat sangat gaptek dan tak dapat ngomong apalagi pidato. Satu-satunya yang dapat penulis lakukan cuma membaca, membaca dan membaca, nothing else. Saat istri suruh penulis belikan PC bagi putera agar tak gaptek, penulis justru maunya belikan PS karena penulis tak familiar dengan PC. Saat istri suruh penulis bawa putera ke warnet agar melek internet, ternyata penulis cuma mampu bertahan 10 menit padahal sudah bayar untuk 1 jam. Bingung tak tahu apa yang harus penulis pencet.

Nah bila penulis yang Hyper Gaptek begini sudah berani mati menjadi penulis di Kompasianer bahkan selangkah lagi mau jadi youtuber, masakan pembaca yang lebih canggih hanya berkutat seumur hidup menjadi “Silent Reader”, common… mari move on. Menjadi kompasianer itu selain menyenangkan juga membanggakan, Bangga rasanya bila karya kita menjadi artikel PILIHAN. apalagi bila jadi HEADLINE. Saat kompasianer lain mengucapkan terima kasih atas artikel kita maka kita akan merasa bahwa kita itu sungguh berharga bagi yang lain.

Akhir kata, Selamat menjadi Kompasianer, Selamat menjadi Active Writer. Selamat Ulang Tahun ke 8 Kompasiana, semoga selalu tetap menjadi Yang Terdepan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun