Mohon tunggu...
Hengky Fanggian
Hengky Fanggian Mohon Tunggu... Wiraswasta -

There Must be a Balance Between What You Read and You What Write

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Why Still Be a Kompasianer Whilst As a Youtuber We Can Get Paid

17 November 2016   22:03 Diperbarui: 27 November 2016   12:09 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Mengendapkan naskah minimal sehari untuk kemudian mereview kembali dapat membuat kita melihat naskah tersebut dari perspektip berbeda, dari sudut pandang berbeda. Penulis merasa fase ini amat sangat vital, acapkali muncul ide baru yang harus kita tambahkan yang sebelumnya belum terpikirkan. Sebetulnya penulis bukanlah tipe orang yang gemar menunda-nunda urusan namun penulis tetap merasa perlu untuk mengendapkan naskah sebelum dikirm. Memang bisa saja setelah diendapkan naskah tetap tak mengalami perubahan namun itu akan membuat kita lebih mantap dan percaya diri saat kita upload naskah tersebut.

So, apalagi yang anda tunggu. Tariklah keyboard dan mulailah menulis. Tahukah anda kemampuan anda menulis juga akan dapat meningkatkan kemampuan anda berbicara. Bila anda terbiasa menuliskan pokok pikiran anda dengan terstruktur maka anda juga akan terbiasa mengutarakan lisan pokok pikiran anda tersebut secara tersruktur pula. Maka pendengar andapun akan menyukai gaya bicara anda yang tepat sasaran dan tidak bertele tele. Itulah berkah tersembunyi dibalik kebiasaan menulis yang baik.

Mungkin berita terbaru akhir-akhir ini, ada yang menggoyahkan hasrat pembaca untuk menulis. Berita tersebut adalah “Dirjen pajak akan menguber para Youtuber karena mereka berpenghasilan belasan, puluhan bahkan ratusan juta”.  Wow siapa yang tidak kaget oleh berita tersebut. Pingin duit adalah hal yang wajar dan manusiawi apalagi bila itu dapat diraih secara halal.

Sebelum kita semua terbuai oleh berita sensasional tersebut sebaiknya kita merenungkan sejenak. Apakah semua youtuber bernasib sama dengan para Celebrity Youtuber tersebut. Apakah semua penjual ayam goreng akan bernasib sama dengan “Ayam Goreng Suharti”, apakah semua penjual bakmi akan bernasib sama dengan “Bakmi Gaja Mada”. Apakah semua orang yang bersekolah akan menjadi Einstein semua.

Yah kita semua harus down to earth, memang berita tersebut bak halilintar yang membuat kita seolah olah berada pada “wrong track” dan membuat kita semua menyesal menjadi penulis, terlebih bagi calon penulis akan mundur sebelum sempat bergerak maju. Kunci untuk melihat persoalan tersebut sesungguhnya tidaklah rumit, para filsuf ribuan tahun lalu telah memformulasikannya bagi kita. Pertama “Know Your Self” kemudian diakhiri dengan “Be Your Self”. Gampang khan.

Mengenali diri dan Menjadi diri sendiri. Kita semua paham itu bahkan sejak di bangku sekolah. Lantas memangnya dengan paham filosofi tersebut kita tidak boleh jadi youtuber ? Oh tentu boleh, silahkan. Penulis hanya mengingatkan bahwa tidak semua youtuber akan bermandikan uang, itu saja. Bahkan banyak para youtuber sesungguhnya tekor bila dihitung pengeluaran dan pemasukkannya. Kuota Internet, Token PLN, rental PC belum lagi bila dihitung waktu yang tersita, namun karena Hobi maka tetap saja mereka dengan suka hati tetap menjadi youtuber, persis sama dengan para Kompasianer yang melakukannya juga dengan senang hati.


Kita harus menyadari bahwa mayoritas terbesar penonton youtube adalah pencari hiburan. Itu wajar bahkan penulispun rutin tiap malam menjelang tidur hampir selalu nonton youtube. Apalagi yang lebih asyik saat badan letih dan pikiran males diajak bekerja lagi, kalau bukan nonton youtube.

Memang youtube tak hanya berisi hiburan, banyak sekali tutorial teknis, kedokteran atau pengetahuan apapun yang berfaedah ada disitu. Namun tak dapat dipungkiri bahwa yang bermandikan uang tersebut UMUMNYA para youtuber yang menyajikan hiburan.

Jadi bagi para pembaca KOMPASIANA yang kepincut ingin menjadi youtuber HANYA karena berita sensasional tersebut hendaknya berpikir ulang. Sebagai pembaca KOMPASIANA, sadarkah pembaca bahwa pembaca sesungguhnya punya selera yang elitis.  Lho ini bukan pujian kosong, coba pembaca renung… apakah pembaca mau menjadi pembaca “Koran Merah” yang isinya penuh berita sensasi murahan, atau bahkan berita yang mengumbar berita artis Alay tak senonoh atau tabloid khusus yang seluruh isinya tentang tahyul tak karuan juntrungnya.

Nah sekarang kita tahu dan sadar, sesadar sadarnya bahwa kita bukan profile seperti itu, lantas bagaimana mungkin kita mau mencoba menjadi youtuber yang laris keras padahal topik yang laris keras di NEGERI ini belum tentu sesuai dengan profile jati diri kita yang sesungguhnya.

Beberapa minggu silam, saat penulis membaca berita tentang celebrity youtuber. Iseng penulis coba lihat hasil karya celebrity tersebut. Penulis sungguh kaget, karena ternyata ada video yang biasa ditonton oleh para “BoPung” (bocah kampung). Astaga yang seperti itu ternyata dapat meraup dollar besar. Penulis dulunya selalu berpikir itu hanyalah  karya orang iseng yang betul-betul gak ada kerjaan apapun, sungguh unbelieveable. Sungguh tak terbayang, dimana letak bagusnya, dimana letak lucunya video seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun