Mohon tunggu...
Hendra Jawanai
Hendra Jawanai Mohon Tunggu... Penulis - Creative Director/Producer/Writer

Energi adalah rahasia gerak serta kehidupan di dalam setiap partikel kecil.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Faktitius

28 Maret 2023   22:01 Diperbarui: 3 April 2023   17:50 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Melihat Refleksi," foto oleh Jessica Ticozzelli dari pexels

Mengemis?

Okta sedang duduk di depan meja rias yang berisi berbagai macam kosmetik dan peralatan mekap. Dia sedang menatap cermin dengan tatapan kosong dan wajahnya terlihat murung. Setelah beberapa saat, dia menghela nafas panjang dan mulai berdandan.

Dia mengambil bedak tabur dan memulai dengan menaburkan bedak ke seluruh wajahnya. Setelah itu, dia mengambil pensil alis dan mulai menghias alisnya.

Dia mengambil lipstik dan mulai mengoleskannya di bibirnya, tetapi kemudian dia menghapusnya lagi dengan tisu dan memilih lipstik yang lain.

Sambil berdandan, Okta sedang memikirkan sesuatu dengan serius. Ia mulai berbicara sendiri di dalam hati.

"Belakangan ini lagi marak nih aksi mengemis online. Nggak beres, ya... Kan seharusnya sekarang udah jaman teknologi canggih, orang-orang harusnya bisa cari duit pake cara yang lebih kreatif dan nggak merugikan orang lain."

Okta memandangi wajahnya yang telah dihiasi mekap. Dia menghela nafas panjang, mengambil smartphone yang ada di sampingnya, dan membuka aplikasi TikTok. Namun dia segera menutup aplikasi itu dengan kesal dan meletakkan ponsel kembali ke tempat semula.


Dia kembali becermin, kali ini dengan tatapan kosong, bingung sendiri dengan sesuatu yang tiba-tiba berkecamuk. Dalam hati Okta berujar gusar.

"Apaan sih ini? Sekarang tuh kan banyak banget platform online yang bisa dimanfaatin buat cari duit. Ada yang jualan online, bikin blog, ngonten, jadi influencer. Kreatifitas kan banyak pilihan...?"

Okta meninggalkan cermin dan berjalan menuju meja kerjanya. Dia membuka laptop dan spontan mulai mengetik dengan cepat, menulis beberapa kalimat seolah tak ingin kehilangan inspirasi.

Sesekali, dia melirik ke layar laptopnya yang penuh dengan ide-ide, lalu kembali melirik ke arah kibor dan mengetik lagi. Wajahnya berubah cerah, menemukan sesuatu dalam rangkaian kalimatnya.

Okta kembali berbicara sendiri dalam hati. Wajah yang cerah berubah lagi dihiasi bibir yang cemberut.

"Tapi tetep adaaa aja yang lebih milih untuk ngemis online. Ya, iya sih, ada yang emang beneran butuh bantuan. Tapi kok nggak enak gitu diliatnya. Gimana kita bisa bedain coba: mana yang beneran butuh, sama yang cuma aksi doang?"

Tetiba Okta merasa lapar dan memutuskan untuk membuat mie instan. Namun, karena tak ingin kehilangan ide, dia membawa laptopnya ke dapur.

Tanpa berpikir panjang, dia menaruh laptopnya di dekat kompor, lalu menyalakan kompor seperti biasa. Sejurus kemudian, ia tersadar bahwa ada kesalahan besar dalam tindakannya, dan segera mematikan kompor. 

Okta pun merenung sejenak, memandangi laptopnya yang sudutnya telanjur terjilat sedikit oleh api kompor, dan tersenyum sinis sambil mengelus perutnya yang mulai makin lapar.

Rasa jengkel yang menjalar akhirnya membuatnya mengomel di dalam hati, tapi kembali ke soal yang masih sama di benaknya.

"Kita nih kan nggak bisa jadi hakim, cuma bisa ngasih tahu aja ya, bahwa ngemis online itu nggak sama dengan crowdfunding. Kalo itu jelas: c r o w d f u n d i n g... penggalangan dana... biasanya buat hal-hal yang urgent atau memang butuh dana, seperti buat biaya pengobatan, pendidikan, atau sumbangan buat bencana alam. Lah, yang ngemis? Nggak ada urgensi, kayak nggak ada usaha juga!"

"Kebingungan," foto oleh Jessica Ticozzelli dari pexels

Okta masih terdiam di dapur sambil memandangi salah satu sudut laptopnya yang hangus. Dia lalu berpaling ke arah jendela dapur, dan menatap kosong ke arah luar.

Kemudian dia menutup matanya dan menghirup napas dalam-dalam sebelum melanjutkan pembicaraannya sendiri.

"Usaha itu kan macem-macem? Yang penting kreatiflah, jangan pakai segala macam aneh-aneh orang disiram, bikin konten juga nyesatin orang... belum lagi... hiiih...!"

Okta gemas sendiri, lalu melangkah kembali ke arah meja rias.

Dia berdiri di depan cermin, menatap dirinya dengan penuh kebingungan. Ia meraba-raba tasnya dan melihat kantong kosong di dalamnya.

Matanya menatap lurus ke arah cermin, mencari jawaban atas kebingungannya. Lalu ia menghela nafas dan tersenyum pahit. Dia ingin bersuara mengatakan sesuatu kepada dirinya di dalam cermin, namun bibirnya hanya bergetar pelan.

Dengan kedua kelopak mata yang pelan-pelan menutup, Okta kembali menghela napas kemudian berbisik di dalam hatinya.

"Yang penting kalo aku nggak mau kalo cuma merugikan orang lain. Kita ini manusia produktif, juga kreatif. Kalo bisa cari duit dengan cara yang baik, pasti bisa bikin hidup juga lebih baik. Buat yang nggak mau jadi baik, ngapain juga aku pikirin sampai segininya??"

Okta tersenyum, lalu mengambil ponselnya dan membuka aplikasi lain. Dengan semangat, dia mencari referensi untuk produk kerajinan tangan yang dia buat sendiri dengan tekun selama beberapa hari terakhir ini.

Lelah, lapar, tetiba terlupakan semua karena kembali tersambung pikirannya ke inspirasi yang tadi sempat dia rekam dalam bentuk beberapa ketikan... di laptop yang masih tertinggal di dapur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun