4. Kurangnya Pendidikan Keuangan
Kurangnya pendidikan keuangan di Indonesia juga dapat menjadi faktor yang memicu terjadinya pamer kekayaan. Orang-orang yang kurang teredukasi tentang manajemen keuangan dapat dengan mudah membeli barang-barang mewah dan memamerkannya tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang, seperti hutang yang menumpuk dan keuangan yang tidak stabil.
Untuk mengatasi fenomena ini, perlu dilakukan edukasi dan kampanye tentang pentingnya manajemen keuangan yang baik dan menekankan nilai-nilai lain yang lebih penting dalam hidup tadi, seperti keluarga, persahabatan, dan kesehatan.
Kebiasaan pamer kekayaan memiliki dampak negatif yang perlu diatasi agar masyarakat dapat hidup dengan lebih baik dan sehat.
Mengedukasi orang-orang tentang dampak negatif dari pamer kekayaan dan mempromosikan kesadaran akan hal ini dapat membantu mengurangi fenomena ini dan mendorong orang untuk lebih fokus pada masalah yang lebih penting dalam masyarakat.
Dukungan pada filantropi: /fi-lan-tro-pi/ n cinta kasih (kedermawanan dan sebagainya) kepada sesama, dan kontribusi pada masyarakat bisa membantu mengubah fokus pada kekayaan menjadi fokus pada bagaimana cara membantu orang lain.
Hal ini bisa membantu mengurangi dorongan untuk memamerkan kekayaan dan lebih fokus pada memberikan manfaat bagi masyarakat.
Ini juga lebih penting lagi bagi mereka yang bahkan hanya ikut-ikutan dalam arus pamer kekayaan ini.
Fenomena, penyebab, dampak negatif, dan wacana untuk menghentikan perilaku pamer kekayaan sudah ada dan tersedia.
Namun bagi saya, ini menyisakan pertanyaan lain yang mungkin tidak kalah rumitnya:
Siapa yang bisa menghentikan kebiasaan pamer kekayaan, apalagi ketika itu dilakukan oleh orang lain? (*)
~ H.J.H.J.