Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mengupas Fenomena Reuni Bukber yang "Katanya" sebagai Ajang Pamer

14 Maret 2024   15:38 Diperbarui: 14 Maret 2024   15:41 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bukber by Kumparan

Bagaimana dengan puasa tahun ini, apa sudah mulai mendapat undangan bukber (buka bersama)? Mulai dari teman SD, SMP, SMA, kuliah, sampai rekan kerja. Hal ini memang menjadi 'tradisi' yang tak akan terlewat. Meski banyak sekali waktu kosong untuk kita berkumpul bersama teman lama, rasanya tak akan sah jika tak berkumpul di bulan Ramadan.

Bukan sesuatu yang salah sebenarnya. Berkumpul kembali setelah lama tak bertemu ketika buka bersama punya ciri khas dan kenangan tersendiri yang hanya bisa didapatkan setahun sekali. Maka tak heran banyak orang akan berlomba membuat agenda bukber di tempat terbaik dan dengan orang-orang terpilih.

Saking banyaknya jumlah teman, membuat kita harus bisa memfilter kira-kira akan menghadiri undangan bukber yang mana. Karena dipikir-pikir juga tak mungkin kita menghadiri semuanya, kan? Belum lagi kita punya agenda bersama kelurga, ataupun sekadar ingin bukber santai di rumah saja tanpa ke mana-mana.

Sayangnya semakin ke sini makna bukber jadi tak sehangat dulu. Banyak perdebatan terjadi bahwa zaman sekarang reuni seperti ini (khususnya saat bulan Ramadan) bukan lagi jadi ajang nostalgia, namun sebagai ajang pamer. Setiap orang berlomba menceritakan dan menunjukkan pencapaian terbaiknya mulai dari karir hingga kehidupan rumah tangga.

Ilustrasi by DetikFood
Ilustrasi by DetikFood

Dari fenomena inilah beberapa orang sengaja memilih untuk tidak ikut berpartisipasi dalam nostalgia bersama kawan lama. Akan terjadi ketidakpercayaan diri jika melihat orang lain, terutama yang seumuran, punya pencapaian yang lebih tinggi dari kita. Maka pilihan tidak ikut tadi menjadi langkah preventif agar tak perlu menyakiti diri lebih dalam lagi.

Jadi harus bagaimana dong? Apakah selamanya kita menolak ajakan buker dari kawan lama?

Tentu tidak sesederhana itu ya, Kompasianer. Di tulisan kali inilah saya mencoba mengupas lebih dalam tentang fenomena ini, langkah apa yang harus dilakukan, serta solusi untuk diri sendiri menghadapi insecurity ini. Tentu ini berdasarkan pandangan pribadi yang bisa jadi akan berbeda dengan pandangan Kompasianer lain. Yuk, langsung check this out.

TIDAK SETIAP UNDANGAN BUKBER HARUS DITERINMA

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tidak semua undangan bukber itu harus diterima. Terlepas siapa yang mengajak dan di mana tempatnya, kamu tak bisa selamanya menghadiri undangan bukber yang sangat banyak. Masih ada aktivitas buka puasa lain yang bisa dimanfaatkan, contohnya bersama orang rumah.

Di samping ada ajang pamer atau tidak, jangan memaksakan agenda bukber jika kamu memang tak ada waktu. Misal hari ini ada undangan bukber yang bertepatan dengan lembur dan mengharuskan menghabiskan waktu lebih lama di tempat kerja. Jika pekerjaan tak bisa di-back up oleh orang lain, maka itu adalah kewajiban yang harus diselesaikan dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun