Mungkin tujuannya satu, yakni, mereka tidak mau bila anak-anaknya kelak lahir dan berkembang dibawah penjajahan bangsa asing.
Maka, jangan ditanya soal militansinya. Pokoknya gak kalah sama pejuang lain yang selalu didominasi oleh laki-laki. Kelak, di suatu peristiwa, para perempuan pejuang inilah yang sangat ditakuti oleh tentara Gurkha. Mereka bisa tiba-tiba berubah menjadi mode beserk ketika berada di garis depan, atau bahkan ketika berhasil menyusup ke daerah lawan.
Beberapa aksi mereka justru membuat bulu kuduk berdiri, dimana seorang pejuang perempuan bernama Willy, membawa bagian tubuh seorang Gurkha untuk diberikan kepada komandannya. Tidak ada rasa takut sedikitpun ketika berada di medan juang, seperti yang dikisahkan oleh Sumarsih Subiyati.
Walau adakala sisi kewanitaan keluar ketika dalam suasana pertempuran, ketika dalam peristiwa pengungsian penduduka Bandung ke wilayah Majalaya. Anak-anak kecil yang terpisah dari keluarga, kerap digendong dengan kain, sampai tiba di lokasi pengungsian. Dimana sebenarnya tugas mereka adalah mengamankan perjalanan dari para pengungsi.
Area Ciparay yang kala itu dijadikan lokasi dapur dan logistik bagi para pejuang pun tak luput dari aksi mereka. Tugas distribusi makanan dan bahkan amunisi juga menjadi tugas utama selain bertempur dan mengurus korban perang.Â
Ada suatu kisah yang menceritakan, bahwa salah seorang Laswi sampai rela berdandan layaknya orang gila hanya demi melintasi pos penjagaan Belanda.
Hal ini sesuai instruksi dari A.H. Nasution kala itu, bahwa harus tetap ada para pejuang yang menyusup ke Bandung utara untuk melakukan sabotase dan bertugas sebagai informan. Bayangkan, rata-rata para spy ini adalah para pejuang perempuan. Selain itu, mereka yang diamanatkan kerap menyamar sebagai tukang jamu, pedagang, petani, dan bahkan penduduk setempat.
Nah, disini kita bisa sama-sama ketahui. Bahwa apa yang diperjuangkan oleh kaum perempuan kala itu sudah sepatutnya dapat kita kisahkan kini. Khususnya bagi para pejuang wanita, yang rela angkat senjata dan berjuang di garis depan.Â
Fyi, beberapa waktu kemudian, berdiri pula Laskar Puteri Indonesia di Solo. Mereka sama-sama bergerak dalam bidang kemiliteran perempuan.
Sekiranya inilah yang kelak menjadi cikal bakal tentara perempuan Indonesia. Organisasi militer yang terdiri dari perempuan dan terkoordinasi dengan TKR secara langsung.
Walau kemudian dibubarkan usai kedaulatan Indonesia diakui secara de facto dan de jure. Tetapi tidak bubar, melainkan dilebur menjadi satu kesatuan langsung dibawah TNI.