Padahal kala itu banyak tokoh nasional yang muncul sebagai perwakilan kelompok dan golongan. Tetapi tidak dapat mewakili seluruh rakyat Indonesia.
Begitupula dengan Ahmad Soebarjdo, yang langsung melobby para pemuda untuk segera melepaskan Soekarno dan Hatta. Setelah ada kesepakatan bersama dengan janji seorang perwira Jepang, Laksamana Maeda. Maka mau tidak mau, para pemuda menuruti perintah dari Ahmad Soebarjdo, untuk membawa kembali Dwi Tunggal ke Jakarta dengan segera.
Nah, semakin menarik tentu saja. Apalagi sampai melibatkan Laksamana Madea yang berani menjamin keselamatan para pemimpin bangsa tersebut.Â
Ini kerap menimbulkan pertanyaan, kenapa kok seorang perwira Jepang mau memfasilitasi perumusan teks Proklamasi? Bukankah sejak Jepang menyerah, maka aturan militernya adalah menjaga daerah pendudukan sampai pasukan Sekutu datang?
Kalau hal ini tentu saja, hanya Laksamana Maeda yang sanggup menjelaskan. Khususnya sebagai seorang yang berpendirian kuat dengan semangat samurai, sebuah janji adalah hal yang tidak dapat dilanggar. Begitu pula dengan janji Jepang terhadap kemerdekaan Indonesia.
Kisah selanjutnya tentu saja, Soekarno dan Hatta, bersama para pemuda meluncur ke kediaman Laksamana Maeda.
Btw, para pemuda ini gak mau lepas dari Soekarno dan Hatta selama proses Proklamasi berlangsung. Seketika nyali dan semangat mereka yang berapi-api seakan kandas dihadapan Soekarno dan Hatta selama beberapa hari bersama mereka.
Tetapi tidak untuk Sutan Syahrir, yang seketika "menghilang" dari peredaran, sejak perumusan teks Proklamasi dikerjakan.Â
Wah, makin buat penasaran saja, padahal dari awal ialah yang paling getol menyuarakan pembacaan Proklamasi. Tentu semua ada maksud dan sebabnya. Semoga kita dapat terus mengenang sejarah bangsa kita kini dan nanti. Terimakasih.