Sambil pulang dan membawa hasil lab, saya beli testpack yang lebih bagus dan agak mahal. Di rumah, istri saya juga tak mengerti membaca itu (kecuali yang soal <5 itu) dan menyarankan menunggu kabar dari dokter klinik saja. Tapi saya suruh istri saya untuk pipis dan melihat hasil testpack. Hasilnya, jreeng, garisnya tegas. Tapi, apakah ini reaksi obat, atau memang hamil? Entahlah.
Dan dua hari sembari menunggu apa kata klinik tentang hasil pasti BetaHCG benar-benar membuat saya galau. Bayangkan, kalau gagal, maka sungguh sulit untuk mengulang lagi program, tentu atas alasan biaya. Oh ya, as info, pada saat yang hampir sama, saya harus melunasi biaya DP KPR rumah masa depan kami, jadi dua pengeluaran besar di waktu yang nyaris sama, itu benar-benar mengoyak qolbu ma men...
Besoknya, setelah saya memprediksi kopian hasil lab Banda Aceh telah tiba di Medan. Saya menelepon klinik.
"Bu, saya suami Maya, nomor pasien sekian, apakah hasil BetaHCG dari Banda Aceh sudah tiba?"
"Sudah pak, " sahut diseberang sana. "Hasilnya 851."
"Itu maksudnya apa bu, hamil atau tidak?"
"Hamil donk pak, kemungkinan kembar ini."
Ya Allah. Alhamdulillah.
Tapi sebenarnya saya tak boleh senang dulu. Karena proses janin menjadi bayi itu masih lama. Dan ada alasan dan kasus setelah hamil janin keguguran. Toh kami pernah alami 2 tahun lalu.
Tapi, untuk perkembangan ini, jelas saya tak bisa menyembunyikan kegembiraan. Ada hasil atas segala upaya selama ini. Yang lebih menyenangkan, kedua embrio yang ditanam, keduanya berhasil menjadi janin.Â
Saya lalu diminta ke Medan untuk menebus obat lagi. Besoknya saya terbang ke Medan, sendiri, dan mengambil obat dari dokter, sekaligus mendengarkan apa arahan dari dokter selanjutnya.