Musim kian berganti musim
Kembali sejarah mencatat kejayaanmu
Untuk yang kedua kalinya
Mahkota gerhana mentari melintasimu
Hati kami tersentuh memandangmu
Untuk sadar melestarikanmu
Agar tak punah dari ganasnya alam
Juga tangan-tangan jahil merusakmu...
Reff.
Borobudur... candi yang paling termegah
Di antara tujuh keanehan dunia.. ha-ha-ha...
Borobudur.., peninggalan nenek moyang kita
Lambang tinggi... kebudayaan Bangsa Indonesia...
Syala la la la la la la ...
Borobudur tercinta
Termasyur di mata s’luruh penjuru dunia ha-ha-ha...
Syala la la la la la la ... Borobudur tercinta
Kebanggaan... bangsa Indonesia...
Lagu berjudul "Borobudur" yang dipopulerkan Euis Darliah kurun waktu tahun 80-90an termasuk lagu yang gampang dicerna syairnya. Musiknya membahana, membangkitkan gelora juang dan kebanggaan. Ini termasuk salah satu lagu yang di sejak pertama terdengar langsung merasuk sukma.
Borobudur, seperti lirik lagu tadi, termasuk satu dari tujuh keajaiban dunia. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar abad ke-8 Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
Sebagai candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, Borobudur sekaligus menjadi salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.
Nama Borobudur sendiri diambil dari nama lokasinya berada. Ia terletak daerah tinggi di desa Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Posisi geografis kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta.
Candi Borobudur menyimpan amat banyak kekayaan cerita kehidupan pada masanya. Melalui aneka relief yang terpahat, tiap generrasi bisa mempelajarinya. Tetapi memang butuh waktu yang tidak sedikit jika ingin serius.
Pernah ikut tur wisata, waktu tiga jam saja sepertinya amat singkat. Jika berjalan sesuai alur yang ada dari saat masuk, memutar, hingga ke puncak, sebenarnya menyenangkan. Karena akan tahu riwayat penggambarannya.
Candi Borobudur terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar. Di atasnya terdapat tiga pelataran melingkar. Pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.
Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. Stupa utama terbesar teletak di tengah, sekaligus memahkotai bangunan ini.
Stupa tersebut dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang, yang di dalamnya terdapat arca Buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
Jika datang ke sini dan mengikuti pola yang benar, masuklah melalui sisi timur untuk memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam. Kemudian, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud).
Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.
Pusat Musik Dunia
Sejak tahun 824 Masehi saat peresmian Candi Borobudur, terkhusus pada bagian panel relief Karmawibhangga ternyata tergambar dengan jelas beberapa orang memainkan alat musik.
Misalnya, ada alat musik berdawai dan dipetik dengan jari, yang tergambarkan dari 3 relief (seni pahat dan ukiran 3-dimensi yang biasanya dibuat di atas batu). Lala ada 2 relief bergambar alat musik tiup. Selain itu, ada juga relief alat musik tiup semacam seruling.
Oh ya, kembali ke tiga tingkatan yang ada pada Candi Borobudur, pada tingkat Kamadhatu yang menggambarkan tentang keinginan duniawi inilah ada yang dinamakan sebagai relief Karmawibhangga. Relief tersebut berisikan tentang hukum sebab akibat pada kehidupan manusia. Relief musik ada di bagian ini alias di bagian kaki candi.
Setidaknya dari 1.460 panel relief cerita dan 1.212 panel relief dekoratif yang ada, terdapat 226 relief alat musik yang terpahat pada 40 panel relief.
Mereplika beragam alat musik yang terdapat pada relief Candi Borobudur tentu bukanlah pekerjaan yang mudah. Para musisi yang menggagas proyek Sound of Borobudur patutlah diapresiasi. Melakukan riset, mengeksporasi alat musik, melakukan replika dan membunyikannya menjadi orkestra modern. “Dahsyat!” Bolehlah kalau meminjam kata ini. Proses yang luar biasa yang digagas sejak 2016.
Reinventing alias menemukan kembali keanekaragaman alat musik yang dipentaskan melalui relief Candi Borobudur, sungguh merupakan sumbangsih besar bagi semua orang yang terlibat di dalamnya. Tidak cuma musisi, artis, tapi juga para ilmuwan turut terlibat.
Riset panjang yang membuahkan hasil dengan menemukan kembali sekitar 200 alat musik ini, seakan menegaskan bahwa sejak dahulu, Nusantara terkenal pula dengan orkestra nada. Relief Candi Borobudur membuka tabir dari sisi lain kejayaan bangsa.
Borobudur, ia tidak saja terpelihara sebagai bangunan mati sebagai tempat pemujaan spiritual. Borobudur ternyata juga menjadi ruang kehidupan bagi peradaban budaya.
Borobudur adalah kebanggaan bangsa. Suara Borobudur mengajak bangsa ini untuk dapat kembali menebarkan benih-benih kebaikan ke berbagai penjuru dunia. Sound of Borobudur sesungguhnya adalah spirit toleransi, rasa cinta tanah air, bangga dengan budaya sendiri jiwa nasionalisme dalam kebhinnekaan yang satu.
Harmoni dalam pentas musik sebagaimana jelas tergambar pada relief musik candi Borobudur adalah jejak peradaban bangsa. Harmoni yang sama yang senantiasa teus dipentaskan lagi dalam hidup bersama di bumi Nusantara tercinta.
15 Mei 2021
Hendra Setiawan