Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Purnama di Sabtu Sunyi (Paskah dan Fenomena Semesta)

31 Maret 2018   18:18 Diperbarui: 1 April 2018   00:14 3636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepekan ini, dalam kelender gerejawi, umat kristiani memperingati Minggu Palmarum (25/3), Kamis Putih (29/3), Jumat Agung (30/3), Sabtu Sunyi (31/3) dan Minggu Paskah (1/4).

Namun dalam kalender nasional, cuma ada satu hari libur, yaitu di hari Jumatnya. Dalam kalender yang beredar di pasaran, keterangan tanggal merahnya ada yang menyebut sebagai wafat Isa Almasih atau Yesus Kristus. Penjelasan tersebut bisa jadi topik bahasan tersendiri, jika mau dituliskan. Sebab terkait dengan pemahaman dan keyakinan iman; antara Islam (Nabi Isa) dan Kristen (Yesus Kristus).

***

Sebenarnya, dalam tradisi iman Kristen, juga ada banyak hari raya keagamaan lain. Namun yang tertuliskan dalam kalender umum hanyalah sebagian kecil. Di antaranya Jumat Agung, kenaikan Yesus Kristus dan Natal. Sedangkan Paskah dan Pentakosta; 2 dari 5 hari raya utama lainnya, tidak dituliskan. Entah karena jatuhnya di hari Minggu atau sebab yang lain.

Di antara kelimanya, istilah yang paling populer dikenal masyarakat pada umumnya adalah hari raya Natal (kelahiran Yesus Kristus) pada tangal 25 Desember; seminggu sebelum Tahun Baru (1/1). Dan hari raya Paskah, hari Minggu setelah perayaan Jumat Agung.

Ada banyak salah kaprah mengenai hal ini. Libur Jumat Agung kerap disebut dengan libur Paskah. Ucapan Paskah dilakukan pada hari Jumat. Padahal keduanya berbeda. Terkait erat namun berdiri sendiri.

Paskah adalah hari raya kebangkitan Yesus Kristus, yang telah mati/wafat jasmani di hari Jumat itu. Paskah sendiri adalah hari raya terbesar bagi umat kristiani (bukan di Natalnya). Sebab di situlah letak karya keselamatan Allah yang paripurna. Kembalinya hubungan yang baik alias pemulihan, antara Sang Pencipta dan makhluk ciptaan-Nya. Yang semula putus karena dosa manusia, kini sudah ditebus melalui kematian Yesus Kristus. Dan dengan kebangkitan-Nya, jaminan hidup kekal di sorga kelak, dapat terwujud.

Begitu, inti pemahaman dalam iman kristiani. Jadi ucapan "Selamat Paskah" tidak tepat jika diletakkan di hari Jumat. Sebab, peristiwa Jumat Agung adalah mengenang puncak karya keselamatan Sang Sabda yang telah menyejarah dalam hidup dan kehidupan manusia. Masih ada hari Minggunya. Minggu Paskah, hari kebangkitan-Nya. Ia menang atas derita dan maut. Kuasa dosa ditundukkan-Nya. Kemenangan besar direngkuhnya. Jika berhenti di hari Jumat, selesai sudah. Sia-sia pengharapan kekal. Karena ada hari Minggunya, sejarah besar dunia ini terjadi.

Paskah, Tanggalnya Selalu Berubah

Kalau mau dicermati, hari raya Natal itu pasti dapat merujuk tanggal yang pasti, setiap 25 Desember, tanpa membedakan hari. Namun tidak demikian halnya dengan Paskah. Setiap tahun, tanggalnya selalu berubah. Namun sebagai acuan, berlangsungnya antara tanggal 22 Maret sampai 25 April.

Lantas, apa yang menjadi dasar pembedanya? Kalau penentuan hari Natal mengacu pada sistem penanggalan Matahari (solar). Yaitu mengacu pada waktu yang dibutuhkan Bumi untuk mengelilingi Matahari satu putaran penuh. Sedangkan pada perayaan Paskah, lebih ditentukan pada sistem penanggalan Bulan-Matahari (luni-solar). Sebuah perpaduan antara sistem penanggalan Matahari dan penanggalan Bulan.

Secara ringkas, menurut hasil Konsili (sidang para bapa gereja) Nicea tahun 325 Masehi, bahwa perayaan Paskah itu harus memenuhi dua syarat.

Pertama,waktunya jatuh pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama pertama. Bulan purnama yang dimaksud di sini adalah bulan purnama Paskah (BPP; Paschal full moon); bukan bulan purnama dalam perhitungan astronomi modern.

Bulan purnama Paskah (BPP) adalah purnama pertama pada atau setelah terjadinya equinox 21 Maret. Sedangkan dalam astronomi modern, bulan purnama (BPA; Bulan Purnama Astronomis) merupakan satu waktu terjadinya kesegarisan antara Bulan-Bumi-Matahari.

Kedua, waktu tersebut berlangsung setelah Matahari melintasi titik musim semi (vernal equinox). Dengan catatan, jika bulan purnama itu terjadi pada hari Minggu, maka Paskah jatuh pada hari Minggu berikutnya.

Dalam perhitungan astronomi modern, waktu Matahari melintasi titik musim semi bisa bervariasi antara tanggal 19-21 Maret. Namun, berdasarkan Konsili Nicea, waktunya sudah ditetapkan pada 21 Maret setiap tahun.

Purnama Perdana Hari Ini, Besok Paskah

Di awal tahun ini, di akhir akhir bulan Januari lalu, warga dunia mendapat 'kado istimewa' berupa penampakan Superblue Bloodmoon, tepatnya 31 Januari 2018. Indonesia termasuk yang beruntung, karena menjadi salah satu negara yang bisa menyaksikannya secara langsung.

Namun, rupanya... banyak juga yang galau dan kecewa. Sebab ternyata di banyak tempat, mendung menggelayut. Bahkan hujan deras tiada henti. Gagal sudah menyaksikan fenomena langka 150 tahun sekali itu. Gigit jarilah warga yang sudah siap menantikannya semenjak siang, sore, hingga malam itu. Cuma beberapa daerah di Indonesia yang mengalami langit yang cerah.

Nah, fenomena itu terakhir terjadi pada 31 Maret 1866. Dan, di tanggal yang sama di hari ini, Sabtu, 31 Maret 2018, akan ada lagi lenomena langit yang istmewa. Hanya kali ini adalah Bluemoon(bulan biru).Tidak bersamaan dengan Supermoon(bulan super) dan Bloodmoon(bulan darah).

Fenomena terjadinya dua kali "bulan biru"dalam setahun alias doule Bluemoonini juga termasuk peristiwa langka. Sebab hanya hanya akan terjadi 3-5 kali dalam satu abad atau seratus tahun, yakni 1999, 2018, dan 2037.

Pada fase terjadinya Bluemoon, ukuran bulan akan menjadi 14% lebih besar, dan 30% lebih terang dibandingkan seperti biasanya. Sayang kankalau sampai melewatkannya lagi. Kecuali apa daya, jika langit juga mendung kembali, atau hujan deras lagi... :(

***

Oh, ya, istilah Bluemoonsendiri bukan berarti bulannya berwarna biru. Istilah tersebut bukan merupakan istilah ilmiah atau istilah astronomi. Namun berasal dari istilah astrologi. Tentu, pengertian dalam astronomi dan astrologi sangat berbeda.

Ungkapan itu telah ada sejak tahun 1940-an. Digunakan oleh orang-orang zaman dahulu untuk menyebut sesuatu yang tak wajar, janggal, atau aneh. Ya, kala itu, bulan purnama yang terjadi dua kali dalam satu bulan kalender dianggap janggal.

Mengapa bisa terjadi demikian? Penanggalan atau kalender Masehi tidak berdasarkan pada periode orbital Bulan. Bulan purnama itu terjadi pada setiap 29,5 hari sesuai periode revolusi Bulan atau lama waktu yang dibutuhkan Bulan dalam mengelilingi Bumi.

Terjadinya fenomena Bulan Biru terkait erat dengan jumlah hari dalam kalender matahari (Masehi) dan kalender bulan (Hijriah). Kalender Masehi memiliki 365 hari dalam setahun. Ada bulan-bulan yang lamanya terdiri dari 31 dan 30 hari. Sementara, kalender Hijriah hanya memiliki total 354 hari. Akibat perbedaan itu, akan ada fase Bulan purnama yang muncul pada waktu yang "tidak seharusnya", yaitu dua kali dalam satu bulan kalender Masehi yang sama.

Akibat perbedaan jumlah 11 hari itu, maka di setiap dua atau tiga tahun sekali (pada kalender Masehi) akan mempunyai tambahan Bulan purnama. Tambahan Bulan purnama itulah yang biasa dijuluki sebagai Bulan Biru.

Biasanya, Bulan Biru terjadi pada bulan Januari dan Maret. Sedangkan Februari menjadi bulan yang kosong tanpa adanya purnama. Periodenya terjadi setiap 19 tahun. Sehingga pada tahun 2018 ini, ada tiga belas kali fase Bulan purnama.

/steemit.com/
/steemit.com/
Mengenai pengertiannya sendiri, terdapat dua definisi dari bluemoon. Pertama, seasonal blue moons, yaitu fase purnama ketiga pada satu musim yang mempunyai empat fase purnama. Kedua, monthly blue moons, yaitu purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan. Pengertian terakhir inilah yang lebih populer menyebut istilah "bulan biru".

Menurut perhitungan, dalam rentang 1100 tahun pada 1550-2650 M, akan terjadi sekitar 408 seasonal blue moons dan 456 monthly blue moons.

***

Kiranya bluemoonyang terjadi hari ini, akan menjadi fenomena unik dan kado baik bagi umat kristiani pada khususnya. Melalui fenomena alam yang terjadi di peringatan hari Sabtu Sunyi, Paskah (Minggu Kebangkitan) bisa tepat dirayakan perdana esok hari setelah purnama ini tiba (1 April).

Biarlah keheningan malam ini bertabur cahaya purnama. Seakan memberikan tanda bagi mereka yang tengah berputus asa. Memancarkan cahaya pengharapan bag yang tengah dirundung duka.

Biarlah sama seperti biji yang mengering dan mati. Toh dalam kematiannya, ia justru akan hidup dan bisa bertumbuh kembali. Bertunas dan berbuah makin melimpah.

Selamat menghayati Paskah buat saudara/i yang merayakannya....

Salam damai senantiasa...

-end-

 

Jumat Agung-Sabtu Sunyi 2018

*) data diolah dari berbagai sumber

Tulisan sebelumnya tentang Vernal Equinox ada di:

"Fenomena Vernal Equinox", Hari Tanpa Bayangan 21 Maret

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun