Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Purnama di Sabtu Sunyi (Paskah dan Fenomena Semesta)

31 Maret 2018   18:18 Diperbarui: 1 April 2018   00:14 3636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara ringkas, menurut hasil Konsili (sidang para bapa gereja) Nicea tahun 325 Masehi, bahwa perayaan Paskah itu harus memenuhi dua syarat.

Pertama,waktunya jatuh pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama pertama. Bulan purnama yang dimaksud di sini adalah bulan purnama Paskah (BPP; Paschal full moon); bukan bulan purnama dalam perhitungan astronomi modern.

Bulan purnama Paskah (BPP) adalah purnama pertama pada atau setelah terjadinya equinox 21 Maret. Sedangkan dalam astronomi modern, bulan purnama (BPA; Bulan Purnama Astronomis) merupakan satu waktu terjadinya kesegarisan antara Bulan-Bumi-Matahari.

Kedua, waktu tersebut berlangsung setelah Matahari melintasi titik musim semi (vernal equinox). Dengan catatan, jika bulan purnama itu terjadi pada hari Minggu, maka Paskah jatuh pada hari Minggu berikutnya.

Dalam perhitungan astronomi modern, waktu Matahari melintasi titik musim semi bisa bervariasi antara tanggal 19-21 Maret. Namun, berdasarkan Konsili Nicea, waktunya sudah ditetapkan pada 21 Maret setiap tahun.

Purnama Perdana Hari Ini, Besok Paskah

Di awal tahun ini, di akhir akhir bulan Januari lalu, warga dunia mendapat 'kado istimewa' berupa penampakan Superblue Bloodmoon, tepatnya 31 Januari 2018. Indonesia termasuk yang beruntung, karena menjadi salah satu negara yang bisa menyaksikannya secara langsung.

Namun, rupanya... banyak juga yang galau dan kecewa. Sebab ternyata di banyak tempat, mendung menggelayut. Bahkan hujan deras tiada henti. Gagal sudah menyaksikan fenomena langka 150 tahun sekali itu. Gigit jarilah warga yang sudah siap menantikannya semenjak siang, sore, hingga malam itu. Cuma beberapa daerah di Indonesia yang mengalami langit yang cerah.

Nah, fenomena itu terakhir terjadi pada 31 Maret 1866. Dan, di tanggal yang sama di hari ini, Sabtu, 31 Maret 2018, akan ada lagi lenomena langit yang istmewa. Hanya kali ini adalah Bluemoon(bulan biru).Tidak bersamaan dengan Supermoon(bulan super) dan Bloodmoon(bulan darah).

Fenomena terjadinya dua kali "bulan biru"dalam setahun alias doule Bluemoonini juga termasuk peristiwa langka. Sebab hanya hanya akan terjadi 3-5 kali dalam satu abad atau seratus tahun, yakni 1999, 2018, dan 2037.

Pada fase terjadinya Bluemoon, ukuran bulan akan menjadi 14% lebih besar, dan 30% lebih terang dibandingkan seperti biasanya. Sayang kankalau sampai melewatkannya lagi. Kecuali apa daya, jika langit juga mendung kembali, atau hujan deras lagi... :(

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun