Mohon tunggu...
Hemma Fauziah
Hemma Fauziah Mohon Tunggu... Freelancer - Akatsuki~

When you have the ability and opportunity to do what you absolutely love, you will obviously do it.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luruh Daun Seperti Perpisahan

28 November 2020   13:29 Diperbarui: 28 November 2020   13:52 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Selama tiga tahun ini, apa yang kulakukan selain menerima hobimu? Kau saja yang selalu abai denganku."

Angin menghilangkan hangat yang biasa kurasakan saat bersama Lisa. Ada jarak tak biasa yang langsung tercipta. Bisu, Lisa tidak melanjutkan perkataannya. Hanya terdengar napas berat yang dia embuskan. Aku sendiri kehilangan minat untuk bicara, mulut ini terasa kelu untuk sekadar menghiba maaf.

Hampir tujuh menit kami berdua saling membisu, tak ada yang bisa kulakukan selain berbicara dengan diri sendiri. Mencoba berdiskusi, pernyataan maaf apa yang bisa membuat Lisa menelan kembali ucapannya.

Tampak Lisa menggeser duduknya. Gadis yang mengenakan kaos longgar berwarna abu-abu itu, terlihat lebih cantik saat serius seperti ini. Sayang sekali, baru saja dia mengutarakan keinginan untuk menyelesaikan hubungan ini. Padahal, aku memiliki banyak rencana untuk dilakukan berdua. Merawat tunas pohon Mapple, misalnya.

"Kau bisa menerima keputusanku, kan? Sungguh, Max. Aku masih menginginkan hubungan ini berlanjut, tapi kau ..., Ah lupakan saja."

"Lisa, dengarkan pembelaanku dulu. Aku benar-benar menyesal. Jika hobiku merusak hubungan kita, ijinkan aku memperbaikinya, sekali saja."

"Kamu terlalu mementingkan kuas, cat warna, dan kanvas. Sementara sebuah hubungan untuk bisa berjalan secara beriringan, membutuhkan dua orang, Max. Kenapa kamu tidak mengerti juga, kalau ketidakpekaanmu yang menjadi sebab-musabab keputusanku.

Tidak. Aku ingin kita selesai. Kamu bisa melanjutkan hobimu, dan aku akan menemukan hal baru untuk mengobati kekecewaanku."

"Kurasa terlalu egois, kalau hanya karena hobi, lantas membuatmu mengakhiri hubungan ini. Padahal kita bisa membicarakan masalah ini, untuk mencari solusi."

Lisa bangkit dari duduknya, menarik napas dalam, lantas diembuskan. Dia menatapku tajam, "Tidak. Tidak ada yang egois. Kita selesai!" ucap Lisa, sambil berlalu pergi meninggalkanku sendiri.

"Lisa, tunggu!" Aku mengejar Lisa, menggenggam tangan lebutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun