Mohon tunggu...
Helga Evlin Zendrato
Helga Evlin Zendrato Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pecinta Tinta

Berlarilah yang kuat, setidaknya tetap berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Rebahkan Lelah hingga Lelap

23 Januari 2020   00:00 Diperbarui: 26 Januari 2020   01:55 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi terlalu lelah. (sumber: monsterstock1 via kompas.com)

Ini mimpi sejak pertemuan awal dengan roda dua yang pernah membuatku berjanji untuk menaikinya, sejauh ini belum tercapai. Saat ini pun, hanya niat yang terus diurung hingga tiba waktunya aku mungkin akan naik dengan orang yang menjadi lamunanku saat ini. 

Keluar dari kerumunan para intelek dan melalui para pengendara online yang berbaris rapi di sepanjang jalan, akhirnya aku mampu menarik napas lega. 

Tidak ada korupsi waktu bila kedua jenjangku berada di atas daun-daun kering dan sinar matahari yang ragu-ragu untuk membenamkan diri. Kisah-kisah duka dan suka mengalir dengan penuh gairah dari kedua wanita yang menemaniku menyusur pohon-pohon hijau yang mungkin seusia denganku. 

Terkadang ada kejutan yang tidak pernah terbayangkan akan kutemui, seperti halnya kadal yang mati di trotoar, dosen yang memiliki stamina yang lebih banyak dari anak muda mengejutkan jantungku, atau para pekerja di jalanan yang bersiul-siul ketika menatap ke arah kami yang menghilangkan penat. 

Angin datang dengan selang yang tepat akan mendinginkan keringat yang keluar dari pori-pori tubuhku, kuusap dengan kaos putih yang melekat di tubuhku. 

Kami berdiam sejenak di tempat teduh yang menawarkan suasana sekolah yang mungin kelak memerlukan jiwa-jiwa guru berdiri di depan kelas. 

Tentu tanpa ragu aku akan mengancungkan jariku dan berkata "really?" aku ingin tinggal lebih lama dan melihat jiwa-jiwa yang muda melanjutkan menyusur perjalanan yang telah diberikan oleh Tuhan, tanpa merindukan rebahan di kasur yang membuat mata terkantuk dan terlelap. 

Aku menemukan matahari bersembunyi di balik pohon-pohon yang tinggi, mengintipku di antara rumah-rumah mewah berpagar beton. Jiwa muda kami bergelora, menduduki bukit dan melepaskan resah. Jepretan-jepretan tak membuat mata berhenti menggeser layar gawai. Ada kesejukan yang bisa menjadi cerita. 

Malu-malu bergaya, tersenyum bahagia, dan berdoa agar kemustahilan menjadi sesuatu yang tidak mustahil lagi. Aku duduk, melompat, berdiri, dan sesekali memastikan pose terbaik telah direkam oleh memori terbatas buatan manusia.

Di antara potret-potret yang belum terjamin abadi, ada jiwa abadi yang pernah merebahkan lelah di langkah menuju jiwa yang sehat. 

Kutebarkan senyum memandang hijau yang terbentang. Membuatku sejenak istrahat dalam lelap yang tak terduga, tentang perjalanan yang melelahkan dengan kisah yang tak mampu untuk disangkal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun