Mohon tunggu...
Helen Adelina
Helen Adelina Mohon Tunggu... Insinyur - Passionate Learner

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value - Einstein

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Orang-Orang Kalah

25 Mei 2021   17:06 Diperbarui: 25 Mei 2021   22:45 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pria sedang duduk di kursi peron stasiun. Foto oleh Pexels via Pixabay.com

Sebenarnya Pak Hendra ingin mengajak Pak Iqbal mengobrol. Tapi tampaknya Pak Iqbal tidak tertarik untuk mengobrol. Pak Hendra lalu melanjutkan perjalanannya menuju stasiun kereta dengan berjalan kaki. 

Pikirannya kacau. Segala macam hal muncul bersamaan sekaligus. Sesampai di stasiun kereta, dia duduk di bangku tunggu. Belum banyak orang yang menunggu kereta. Sekarang masih jam 4.30. sore.

Didengarnya pengumuman kereta menuju Bogor akan tiba 10 menit lagi. Pak Hendra masih gundah di bangkunya. Apa yang harus dia katakan pada istri dan anak-anaknya? 

Rasanya malu sekali mengatakan pada istri, terutama pada anak-anaknya, bahwa dia di-PHK. Dia merasa kalah, tidak bisa menjadi ayah yang dapat dibanggakan oleh anak-anaknya.

Di sisi lain, Pak Hendra bersyukur cicilan rumahnya sudah lunas dua tahun lalu. Yang ada tinggal cicilan motor yang baru saja dibeli tahun lalu. Tapi bagaimana selanjutnya? Apa yang harus dia lakukan? Usianya tidak lagi muda, sudah 50 tahun. Di dunia kerja yang serba cepat saat ini, dia pasti kalah bersaing dengan orang-orang yang usianya lebih muda.

Berapa lama dia harus menganggur sebelum mendapat pekerjaan baru? Bagaimana kalau uang pesangonnya habis sebelum dia mendapat pekerjaan baru? Ditambah istrinya tidak  bekerja, hanya ibu rumah tangga.  Selama ini, satu-satunya pemasukan cuma dari gajinya.

Mau buka usaha, usaha apa? Dia merasa tidak punya bakat enterpreneur dan uang pesangonnya juga tidak seberapa. Bagaimana dengan anak sulungnya yang akan masuk kuliah bulan Juli ini? Bagaimana dengan dua anaknya yang lain yang masih duduk di bangku SMP dan SMA?

Bagaimana kalau dia berpura-pura bekerja seperti biasa saja besok? Satu ide muncul dalam pikirannya. Tapi istrinya pasti tahu karena bulan depan dia tidak akan menerima gaji. 

Selama ini dia cukup terbuka dengan istrinya soal keuangan. Rasanya dia tidak tega membohongi istrinya. Lantas, apa lagi yang harus dilakukan? Dia benar-benar bingung.

Kereta menuju Bogor sudah berangkat 15 menit yang lalu. Dan sekarang, kereta berikutnya sudah tiba. Orang-orang berhamburan keluar dari kereta. Lalu segera orang-orang yang sedari tadi menunggu di peron masuk ke dalam gerbong kereta. Namun Pak Hendra masih duduk di bangkunya.

Hari sudah gelap. Sekarang sudah 10 kereta yang lewat. Pak Hendra masih tetap duduk di bangkunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun