Mohon tunggu...
Helen Adelina
Helen Adelina Mohon Tunggu... Insinyur - Passionate Learner

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value - Einstein

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan yang Mencintai Bunga-bunga Liar

24 Mei 2021   17:25 Diperbarui: 24 Mei 2021   18:32 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bunga-bunga liar (theodysseyonline.com)

“Kadang kepikiran sih kalau lagi jenuh. Tapi ya sudah dijalani saja.”
“Tapi kamu bahagia?”

“Kalau dibilang bahagia sih ngak juga ya. Ngak semua yang aku impikan aku dapat. Tapi kalau dibilang menderita juga ngak. Setidak-tidaknya, aku bisa memenuhi kebutuhan hidup. Ya, hidup mengalir begitu saja. Memang kadang-kadang aku merasa kosong.”

“Bagaimana denganmu sendiri? Apa kamu bahagia?” tanya lelaki itu. 

“Jujur, aku merasa tidak bahagia. Dalam banyak hal, ya itu tadi aku merasa missfit. Aku merasa seperti terseok-seok dalam hidup. Seperti tersesat. Tapi aku sendiri tidak tahu apa yang aku cari. Aku merasa tidak siap menjalani hidup sebagai seorang dewasa. Terlalu banyak kepura-puraan. Terlalu banyak yang aku tidak pahami.”

Lalu lelaki itu bertanya, “Apa kamu bekerja?”

Perempuan itu menjawab, “Iya, aku bekerja. Sebenarnya aku merasa dunia kerja tidak cocok denganku. Terus terang, aku muak lihat orang-orang sikut-menyikut hanya demi jabatan. Segala cara dilakukan untuk menjatuhkan orang lain. Kadang-kadang malah sampai membuat orang lain dipecat. Aku ngak habis pikir. Kok tega ya sampai segitunya." 

"Aku pernah melihat orang-orang terdekatku yang dipecat ataupun disingkirkan, ditikam dari belakang. Aku sendiri pernah mengalami langsung ditikam dari belakang. Beberapa kejadian ini  membuatku depresi. Itu juga yang membuatku bertanya-tanya kehidupan seperti apa sebenarnya yang kita jalani.”

Perempuan itu terdiam sejenak, lalu menghela napas. Laki-laki tidak berkata apa-apa. Hanya mendengarkan dengan seksama dalam diam. Dalam hatinya, dia mengerti apa yang dirasakan perempuan itu. 

Dia pun sebenarnya jengah dengan dunia kerja yang dilakoninya. Berpura-pura manis di depan orang lain untuk menghindari masalah. Entah berapa kali dia harus membungkam dirinya sendiri untuk tidak berkomentar apa-apa walaupun dia tidak setuju. Cari aman, itulah yang selama ini dia lakukan.

“Aku bukan orang religius. Aku tidak seperti orang-orang yang percaya begitu saja apa yang dikatakan kitab suci ataupun yang dikatakan para ulama. Bagiku ada ribuan pertanyaan yang aku ingin tanyakan pada Tuhan. Kalau aku tahu cara menggedor pintu surga, pasti akan kulakukan”, katanya dengan senyum kecut.

“Tapi aku punya pemikiran pada akhirnya kita akan mati. Toh kita mati tidak bawa apa-apa, bukan? Lantas untuk apa kita harus saling menghancurkan satu sama lain hanya demi naik ke puncak? Apa kita tidak bisa ke puncak bersama-sama? Terus terang, ini yang menggangu pikiranku akhir-akhir. Aku syok, aku tidak menyangka orang dapat berbuat kejam pada orang lain. Kamu bisa bilang aku naif, tapi aku tak bisa membohongi diriku, aku benar-benar terguncang.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun