Mohon tunggu...
Helen Adelina
Helen Adelina Mohon Tunggu... Insinyur - Passionate Learner

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value - Einstein

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan yang Mencintai Bunga-bunga Liar

24 Mei 2021   17:25 Diperbarui: 24 Mei 2021   18:32 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bunga-bunga liar (theodysseyonline.com)

Perempuan itu berjongkok mengamati serumpun bunga liar yang tumbuh di sepetak tanah kosong. Disentuhnya bunga-bunga liar itu dengan penuh perasaan. Lama dia berjongkok seakan-akan sedang bercengkrama dengan bunga-bunga liar itu.

“Aneh,” batin seorang laki-laki muda yang sedang duduk di bangku kayu di taman itu. Taman ini penuh dengan beraneka ragam bunga berwarna warni. Di dekat buang-bunga liar itu tumbuh sekumpulan bunga mawar; ada yang berwarna merah, putih, merah muda, ungu, dan kuning. Di seberangnya, ada bunga bougenvile yang tak kalah semaraknya, masing-masing batang pohon setidak-tidaknya ada tiga jenis warna bunga.

Di sebelah taman ini, ada taman dengan gaya Renaissance Prancis dengan bunga-bunga yang tertata rapi layaknya taman di istana Versailles. Tidak jauh dari sana, ada taman dengan nuansa Jepang yang dipenuhi dengan bonsai-bonsai dan kolam-kolam kecil yang dihubungkan jembatan-jembatan kayu yang indah.

Lalu mengapa perempuan itu malah mengagumi bunga-bunga liar itu seolah-olah bunga-bunga liar itu telah menghipnotisnya? Laki-laki itu tak habis pikir. Matanya tak dibiarkannya beralih pandangan dari perempuan itu.

Tak lama kemudian, perempuan itu berdiri, lalu berjalan menuju ke arahnya. Si lelaki berpura-pura memandangi bunga-bunga di kanopi. Dia tak mau kalau perempuan itu tahu dia memperhatikannya dengan seksama.

“Maaf, boleh saya duduk di sini?” tanya perempuan itu.
Laki-laki itu menyahut, “Silakan!”
“Maaf kalau menggangu,” tambahnya.
“Ah, ngak apa-apa kok,” sahut laki-laki itu.

Perempuan itu duduk di sebelah laki-laki itu. Matahari sudah meninggi, udara mulai terik. Perempuan itu mengeluarkan sebotol air minum dari tas kecilnya.

“Panas ya,” katanya.
“ Iya. Untung ada kanopi bunga. Jadi ada tempat berteduh,” sahut lelaki itu.

Mereka berdua lalu terdiam sejenak. Laki-laki itu melirik dalam diam wajah perempuan itu. Ada kesedihan di kedua bola matanya. Tampaknya perempuan itu sedang memikirkan sesuatu dalam lamunannya. Lelaki itu memberanikan diri mencoba membuka percakapan.

“Maaf, saya tadi melihat kamu sedang berjongkok di sana. Kayaknya kamu sangat tertarik dengan bunga-bunga liar tadi. Biasanya orang-orang datang ke sini untuk melihat bunga-bunga di taman. Kamu justru tertarik dengan bunga liar. Kalau boleh tahu, apa ada alasan tertentu?” tanya lelaki itu. “Tapi kalau kamu keberatan menjawab, tidak ada apa-apa,” buru-buru dia menambahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun