Mohon tunggu...
Fiksiana

Tina Titin Afiyoka

8 Juni 2018   00:00 Diperbarui: 8 Juni 2018   00:26 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Di mana nyaris semua anak seusianya yang ada di pelosok negeri ini ingin menginjakkan kakinya di Jakarta, melihat Monas dari dekat dan menikmati permainan di taman impian. Wow! Dan pikiran itu mulai merendahkan kemampuan kedua orang tuanya, kalau tidak pergi dengan orang lain rasanya tidak mungkin kedua orang tuanya mampu mengajaknya ke Jakarta, sedang untuk makan besok dicari hari ini. 

Di samping itu ia berpikir jika bekerja akan meringankan beban kedua orang tua, bisa membantu biaya sekolah adiknya nanti dan mereka tidak lagi harus mengeluarkan uang untuk biaya sekolahnya meski berat karena tidak pernah jauh dari kedua orang tua, Tina menyerah.

Kedua orang tua Tina pun akhirrnya pasrah meski dengan berat hati kecuali neneknya, wanita tua itu tidak rela melepaskan kepergiaan cucunya, beliau hanya mengatakan.

"Ngapain sih pergi jauh-jauh sampai ke Jakarta, mendingan di sini berkumpul dengan keluarga." Itu kata hati seorang nenek yang tidak ingin berpisah dari cucunya dan Tina yang sebelumnya tidak pernah sama sekali berpisah dari keluarga tentunya akan merasa amat berat juga namun keinginannya untuk meringankan beban hidup kedua orang tua ia menepis rasa berat itu dengan satu keyakinan yaitu mengubah hidup menjadi lebih baik.

Setelah ujian selesai dan Tina lulus namun sebelum ijazahnya keluar ia sudah pergi untuk ke Jakarta.

Tina berangkat dan ternyata selain wanita yang membawanya ada lagi satu wanita bersamanya yang usianya bisa dipastikan di atas Tina yaitu sekitar dua puluhan. Dan benar, wanita itu pernah bekerja di Jambi sekitar satu tahun. Itu pengakuan wanita itu setelah Tina berbincang sekilas dengannya. Tina sedikit terhibur dengan temannya meski ia tidak tahu namanya dan ia yakin wanita paruh baya yang membawanya tidak akan menyia-nyiakan mereka sebab ada wanita lain yang sudah berpengalaman bersamanya. 

Selain merasa lebih nyaman Tina merasa tenang dan ia pun tertidur di dalam bis selama perjalanan setelah menahan kantuk padahal maksud hatinya ingin sekali menikmati pemandangan di sisi jalan.

*

Wanita paruh baya itu aku panggil si A saja. Si A memang menyarankan agar Tina dan temannya harus istirahat dan kalau bisa tidur di bis tidak usah banyak bicara. Bis lintas Sumatera membawa tubuh Tina meninggalkan kampung halamannya menuju dunia yang tidak ia pahami dan bahkan bisa dibilang antahberantah untuk diri Tina.

Beberapa saat kemudian setelah matanya terbuka bis telah berhenti di depan rumah makan, si A memberikan makan ala kadarnya untuk Tina dan temannya meski perut Tina masih lapar ia tidak berani meminta lebih. Beberapa jam kemudian saat menjelang tengah malam Tina dan temannya tiba di Lampung, si A membawa mereka menginap di rumahnya yang di Lampung. 

Di sana ada anak lelakinya yang sudah menikah tapi sudah berpisah dengan istrinya selain itu ada anak pria itu, yaitu cucunya si A. Di rumahnya si A kembali menyarankan Tina dan temanya untuk istirahat karena besok pagi mereka akan berangkat ke Jakarta. Meski tidak lagi mengantuk Tina akhirnya tertidur juga karena rasa lelah di perjalanan tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun