Mohon tunggu...
Hassanah
Hassanah Mohon Tunggu... Freelancer - Just a sister

Si penyuka ketenangan, aroma hujan, dan suara katak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam Pertama di Surga

3 Juni 2023   05:10 Diperbarui: 3 Juni 2023   05:16 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/469570698660899016/

Suara orang membaca Alquran yang saling bersautan terdengar menggema dari dalam masjid khusus santri perempuan. Bangunan putih yang memiliki pagar kayu berwarna cokelat pada terasnya itu berhadapan langsung dengan halaman pondok. Sendal-sendal di bagian anak tangga atau rak dekat pagar tertata rapi seperti biasanya.

Sementara itu, di ruang tamu rumah pemilik yayasan yang berada tepat di samping masjid, seorang perempuan berbalut mukena putih tengah meremas jemarinya di atas pangkuan. Dia tak seorang diri, di sebelah kanannya ada perempuan paruh baya yang mengelus lengannya. Lalu, di seberang meja ada seorang lelaki paruh baya bersama putrinya.

"Nduk, bagaimana? Kamu menerima atau tidak? InsyaAllah, apa pun jawabanmu kami akan tetap mendukung," ungkap perempuan yang kerap dipanggil Umi.

Setelahnya, lelaki paruh baya yang biasa dipanggil Abi Iqram itu turut menyampaikan sesuatu. "Nak Taqy sudah mengkhitbahmu sebanyak dua kali, Nduk. Apa kamu masih belum mau menerimanya? Atau ada hal lain yang kami tidak tahu?"

Faiza masih menunduk dan diam. Jemarinya meremas gamis dari balik mukena, di atas pangkuan. Sesekali dia menarik napas dalam-dalam kemudian mengembuskannya perlahan. Ada sedikit rasa khawatir yang mengganggu pikirannya.

"Faiza Tazkia As Shafia," panggil Nurul, putri tunggal Umi dan Abi Iqram.

"Na'am, ya Ukhti." Faiza menjawab, pelan. (Iya, wahai saudaraku)

"Madza 'an qararaki?" tanya Nurul, lagi. (Bagaimana dengan keputusanmu?)

"Ana ... ana ...." Faiza tak mampu menjawab. Lagi-lagi dia menunduk.

"Faiza, Taqy melamarmu untuk dijadikan penyempurna agamanya. Dia lelaki soleh. Abi mengenalnya dengan baik. InsyaAllah, dia akan membimbingmu untuk meraih surga-Nya. Umi rida akan keputusan baikmu, Nduk." Umi kembali mengelus bahu Faiza.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun