Mungkin Ganjar berpikir, biar Jokowi yang sampaikan Megawati. Tapi karena mungkin kesibukan Jokowi sehingga alfa menyampaikan Megawati atas rencana mendorong Ganjar sebagai suksesor.
Mungkin karena Megawati tersinggung tidak diberitahu rencana besar mendorong Ganjar, maka berubah haluan pula semua rencana-rencana tahun 2016 yang lalu.
Balasan ketersinggungan Megawati, ya kekeh majukan Puan. Nampak jelas disini bahwa Megawati juga ragu sebenarnya untuk majukan Puan sebagai Capres, cuma tersinggung saja dengan perlakuan Ganjar yang melakukan sosialisasi masif tanpa memberitahu dirinya.
Nah, sekarang disuruhnya pula si Putri Mahkota untuk keliling Indonesia, untuk membangun "pencitraan" elektabilitas, tapi semua sudah terlambat. Karena sepertinya bila Puan turun ke bawah, dialog-dialog dengan masyarakat terkesan di setting semua dan tidak alami.
Baca juga:Â Megawati Jangan Paksa Puan Nyapres 2024, Ini Kalkulasinya?
Megawati sebenarnya sadar bahwa posisi atau kapabilitas Puan untuk Pilpres 2024 hanya Cawapres, itupun dengan Prabowo dan bukan Ganjar (ini juga sudah saya bahas dalam satu artikel).
Megawati juga sadar bahwa walau PDI-P memenuhi syarat presidential threshold 20 Persen, tapi tidak berani maju tanpa koalisi, apalagi bersama Capresnya Puan, bunuh diri.Â
Puan tidak laris-manis menjadi Capres, secara umum rakyat tidak suka. Puan terkesan anak mama. Kekuatannya disitu, walau sebagai Ketua DPR RI.
Baca juga:Â Puan Maharani Capres, PDIP Potensi Kalah Pilpres 2024
Sebenarnya Jokowi pilih Ganjar sebagai suksesor, tidak lepas dari kepentingan oligarki. Ya Megawati juga paham kondisi ini, karena selama dua periode Megawati juga masuk dalam lingkaran oligarki.
Maka kelihatan PDI-P sudah bukan milik Wong Cilik lagi, artinya PDI-P juga tidak konsisten berada pada sikap yang pro Wong Cilik.Â