Interpretasi
Palestina merupakan negara yang sampai saat ini masih mengalami penjajahan. Penjajahan tersebut bahkan sudah merentang sejak tiga abad yang berbeda, yaitu abad ke-19, ke-20, sampai sekarang di abad yang ke-21. Penjajahan tersebut dilakukan oleh Israel. Penyebabnya ada beberapa hal, di antaranya adalah Deklarasi Balfour 1917, Pemberontakan Arab Tahun 1930-an, Pembagian Wilayah oleh PBB 1947, Pembersihan Etnis Palestina 1948, Pendirian Negara Israel, Perang Enam Hari (Naksa), Intifada I Tahun 1987-1993, Perjanjian Oslo Palestina, Intifada II Tahun 2000, Konflik Sebelas Hari, dan yang terbaru Penyerangan Hamas Tahun 2023.
Penyerangan Israel terhadap Palestina bahkan sudah tidak bisa lagi dianggap sebagai penjajahan semata, melainkan genosida atau pembunuhan besar-besaran secara berencana terhadap suatu bangsa. Hal ini jelas bertentangan dengan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang menyatakan bahwa kemerdekaan ialah hak segala bangsa, oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Sebagai warga negara Indonesia sekaligus bagian dari dunia, sudah sepantasnya kita ikut membantu kemerdekaan dan menuntaskan penjajahan yang terjadi di Palestina. Bentuk dukungan untuk Palestina dapat berupa menyebarkan kesadaran dan informasi, donasi dan bantuan kemanusiaan, menghindari produk yang mendukung penjajahan, mendukung seni dan budaya Palestina, serta senantiasa berdoa dan memberikan dukungan moral. Penderitaan Palestina bukan hanya persoalan mereka sendiri, tetapi juga menjadi kepedulian umat manusia. Untuk itu, kita perlu meningkatkan solidaritas dan komitmen yang kuat untuk mendukung Palestina.
Solidaritas dan komitmen untuk mendukung Palestina digambarkan dalam puisi “Untuk Palestina dari Saudaramu Indonesia” karya Helvy Tiana Rosa. Melalui kata, puisi ini mengajak pembaca untuk turut merasakan kesedihan dan ketidakadilan yang terjadi, bersolidaritas dengan mereka, serta berkomitmen untuk terus mendukung Palestina. Puisi ini juga mengandung pesan kuat tentang kesiapan untuk berjuang dan bahkan berkorban demi membela keadilan dan kemerdekaan suatu bangsa yang tertindas.
Analisis
Dalam puisi “Untuk Palestina dari Saudaramu Indonesia” kondisi penjajahan yang terjadi di Palestina digambarkan dalam bait pertama. Tanah dirampas, dijajah, hingga diblokade. Berikut adalah bait pertama yang menggambarkan kondisi Palestina.
Lautan manusia bergerak berderap,
memahatmu dalam ingatan yang berkarat
tentang sebuah tanah yang dirampas,
dijajah, dibelenggu diblokade
Tanah nan kian darah kian nanah
namun kami cinta hingga surga
Jika bait pertama merupakan penggambaran kondisi, bait kedua dan ketiga adalah bukti bahwa puisi ini mengajak pembaca untuk meningkatkan solidaritas sebagai umat manusia. Solidaritas dalam puisi ini ditunjukkan melalui penggunaan kata-kata yang menegaskan keterlibatan emosional dan tindakan konkret. Beberapa bukti solidaritas dalam puisi antara lain, penggunaan kata "kami" yang menunjukkan bahwa dukungan terhadap Palestina merupakan sikap kolektif dari rakyat Indonesia. Bukti lain yaitu adanya komitmen untuk membela Palestina dalam kalimat Tak seorang pun bisa halangi kami membelamu apalagi cuma lalat bernama Trump dan Netanyahu. Berikut adalah bait kedua dan ketiga yang menggambarkan nilai solidaritas.
Wahai Palestina!
Tak akan pernah ada yang mampu
menghapus namamu
dari pikiran dan sanubari kami
Tak seorang pun bisa
halangi kami membelamu
apalagi cuma lalat
bernama Trump dan Netanyahu
yang dengan pongah mencabik
dan mencacah nurani dunia
Wahai Palestina
Kami di sini tapi percayalah,
kami akan selalu bersamamu
Kami mendoakanmu,
akan terus kami tambah
dengan doa-doa lain
sampai ke petala petala langit
Kami kirim sebagian rezeki kami,
akan terus kami kirim
meski tak seberapa
dibanding deritamu
Bait keempat puisi ini menunjukkan adanya komitmen terhadap perjuangan Palestina. Larik "Kami akan lakukan apapun untuk membebaskanmu dari kebiadaban teroris zionis Israel," mengandung komitmen tanpa syarat atau batasan. Frasa "lakukan apapun" menunjukkan kesiapan untuk melakukan segala bentuk dukungan dan perjuangan demi kebebasan. Kata "nyawa kami" menyiratkan bahwa solidaritas bukan hanya sebatas simpati atau tindakan kecil, tetapi bisa sampai ke tingkat pengorbanan diri demi Palestina. Kata "di berandamu" adalah simbol yang mengilustrasikan kedekatan emosional antara rakyat Indonesia dan Palestina. Hal ini menunjukkan bahwa perjuangan Palestina bukanlah sesuatu yang jauh atau asing, tetapi dianggap sebagai perjuangan saudara sendiri, sehingga komitmen untuk membela mereka begitu dalam. Berikut adalah bait keempat puisi yang mengandung nilai komitmen.
Kami akan lakukan apapun
untuk membebaskanmu dari
kebiadaban teroris zionis Israel,
bahkan jika itu berarti
harus antarkan nyawa kami
di berandamu.
Evaluasi
Puisi “Untuk Palestina dari Saudaramu Indonesia” karya Helvy Tiana Rosa adalah seruan untuk kesetiaan dan perjuangan terhadap kemerdekaan, yang tidak sekadar retorika, tetapi merupakan janji yang harus dipenuhi dengan tindakan nyata. Puisi ini menampilkan nilai-nilai solidaritas dan komitmen yang kuat untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Nilai-nilai tersebut tergambar dalam bait-bait puisi, dari bait pertama hingga bait yang terakhir.
Pesan yang terkandung dalam puisi ini disampaikan secara jelas dan tersurat. Tanpa harus ditafsirkan, pembaca dapat mengetahui dan menangkap nilai solidaritas dan komitmen yang kuat dalam puisi ini. Nilai solidaritas dan persaudaraan sangat menonjol dalam puisi ini, dengan ditandai penggunaan kata “kami” berulang kali yang menunjukkan bahwa puisi ini adalah perwakilan suara rakyat Indonesia. Nilai komitmen juga ditonjolkan dalam puisi ini melalui penekanan bahwa perjuangan untuk keadilan bukan hanya berupa kata-kata, tetapi harus diikuti dengan aksi nyata, bahkan pengorbanan.
Meski memiliki banyak keunggulan dari segi nilai, puisi ini masih memiliki celah untuk dikritik, yakni pada pemilihan diksi yang cukup agresif dan konfrontatif seperti penyebutan “teroris zionis Israel”. Puisi ini juga menggunakan kata yang bisa bersifat subjektif seperti penggunaan kalimat “lalat bernama Trump dan Netanyahu”. Meski demikian, puisi ini tetap berhasil menggugah semangat perjuangan untuk mendukung Palestina.
Sumber Referensi:
Krisnawati, R. (2023) "Kenapa Israel Menyerang Palestina? Ternyata Begini Kronologinya". Diakses melalui https://www.detik.com/edu pada 10 Juni 2025.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI