Sumbangan untuk sekuel sebelumnya (suss):
Beda lagi yang dialami oleh ksatria penjaga hutan kerja bakti. Persamaannya adalah fikirannya sama-sama ngelantur seperti yang dialami satria gula kelapa. Bila satria gula kelapa teringat akan dongengan ibunya (baca sekuel sebelumnya). Ksatria yang satu ini teringat akan perjalanan masa lalunya. Hal ini disebabkan karena jauh dilubuk hatinya dia ingin menemui tamunya-anak muda yang sedang bersemedi-namun karena sedikit beban batin yang menimpanya dia urungkan niat itu.
Siang itu, di sebuah hutan rimba, bancali terlihat bermuram durja. Semalaman dia mencari cara bagaimana mendekati ksatria muda yang lagi naik daun di rimba persilatan. Ksatria itu kelak dikenal dengan Ksatria penjaga hutan kerja bakti. Tidak seperti biasanya. Ya tidak seperti biasanya. Biasanya dia selalu cemerlang dengan segala pemikirannya, yang menyebabkan buruannya tidak pernah lepas. Oleh karena itu dia di kenal di dunia persilatan sebagai bandit paling lihai. selain lihai akan kepandaian dan kecerdasannya, ilmu silatnya juga lawan tandingan.
Kali ini dia benar-benar mati kutu. Semua isi kepalanya seperti beku. Ide-ide cemerlangnya selalu gagal di tengah jalan. Ada apakah dengan dia gerangan. Dia memang sedang di mabuk asmara. Hal itulah yang membuat apa yang direncanakannya selalu buntu. Dia sedang kasmaran dengan satria muda yang lagi naik daun di dunia persilatan (ksatria penjaga hutan kerja bakti). Semua rencananya menemui kebuntuan karena dia takut perasaannya akan ditolak oleh pemuda yang ditaksirnya.
Jauh di lubuk hati ksatria itu, hatinya telah tertawan oleh seorang putri yang merupakan tawanan si bancali. Putri itu tertawan, sekaligus menjadi budak atau sesuruhan para gerombolan bandit wanita. Kenapa ksatria itu tertawan oleh seorang putri yang tidak berkepandaian sama sekali? dan mengapa pula dia menentang arus opini kalangan dunia persilatan yang pendekar bodoh manapun akan lebih memilih si bancali daripada tawanan mereka.
Usut punya usut, ternyata wanita yang tertawan itu adalah yang menolong pemuda itu ketika masih kecil di kampungnya. Pada saat itu, semua orang di kampungnya tidak menghargainya. Hal itu disebabkan karena dia sudah tidak beribu bapak semenjak kecil. semua orang dikampungnya memanggil dia dengan anak haram. Terkecuali putri yang tertawan itu.
Pucuk dicinta ulampun tiba. Tidak dicari malah datang. Begitulah yang terjadi. Ksatria muda itu datang menemui Bancali. Alangkah berbunga-bunganya hati bancali. Bila ada matahari yang bersinar cerah, maka kecerahannya pasti akan kalah oleh raut wajah bancali. Namun karena dia wanita, bagaimanapun dia harus menjaga gengsinya. tidak ingin dia terlihat memuja ksatria di depannya.
'Ksatria yang gagah, hendak apa engkau datang kemari?', tanya bancali dengan suara jaim. sementara itu para gerombolan bandit segera mengurung mereka.Bancali segera mengangkat tangannya agar anak buahnya jangan ada yang menyerang.
Tanpa basa-basipun ksatria itu menjawab: 'Saya mendengar engkau mempunyai seorang tawanan putri, apakah engkau sudi membebaskannya?'.
Basa-basi ksatria itu jauh dari perkiraan yang ada di benaknya. Dia menyangka pemuda itu juga jatuh hati padanya seperti kebanyakan pendekar. Selama ini dia selalu menutup hatinya kepada setiap pendekar yang datang. Namun tidak dengan pemuda yang satu ini. Otomatis jawaban itu membuat hatinya mendidih karena dibakar rasa cemburu.
'Hai, ksatria muda, tidak semudah itu, dia sudah menjadi bagian kami..., dan kalaupun engkau memaksa, maka kita akan siap bertarung denganmu', jawab si bancali dengan tegas. suaranya yang merdu terasa bagaikan auman harimau. memang pantas dia menjadi pemimpin para bandit.
'Saya memohon dengan sukarela, tolong engkau pikirkan lagi, besok atau lusa saya akan datang lagi', jawab ksatria muda tampan itu sambil menggenjot dirinya dan terbang menjauhi kurungan para bandit.
Suasana di dalam hutan itupun menjadi riuh. Berbagai komentar keluar dari mulut mereka. maklum mereka para gerombolan bandit yang jarang mendapat lawan yang berarti. Namun tidak dengan bancali. karena terbakar api cemburu, dia jadi berfikir kenapa ksatria muda itu mau menyelamatkan budaknya, yang seujung kukupun tidak bisa dibandingkan dengan dia, baik kepandaian, kecerdasan dan kecantikannya.
'Ada yang tidak beres dengan ksatria muda itu', bisik bancali dalam hati.
'Citralaras, panggil budak kita itu', teriaknya kepada wakilnya dia. Citralaras ini hanya kalah tipis dengan dia. Kalah cantik dan lihai, namun kadang-kadang kecerdasannya jauh melebihi Bancali.
Akhirnya si citralaras datang bersama putri itu. 'Putri di sarang bandit', begitu bisa dibilang. Ketika citralaras diminta memanggil budak itu, otaknya yang cerdas dan matanya yang jeli bisa menangkap masalah yang sedang dihadapi pimpinannya. 'Kalau memang dia tidak cemburu, mengapa dia harus memanggil budaknya, toh budak seperti dia banyak jumlahnya dan mudah didapatkan', begitu yang tersirat dalam benak citralaras.
'Hai budak, ada hubungan apa engkau dengan ksatria yang datang barusan, hayo jawab...!!!', bentak bancali.
'Ampun tetua, saya tidak mengenalnya', jawab putri itu dengan bohong, bagaimanapun pemuda itu mengingatkan dia dengan teman kecilnya di kampung.
'Jangan bohong, saya hajar engkau sampai babak belur.....!!!', bentaknya lagi.
'Bancali, ada yang perlu saya bicarakan dan ini berhubungan dengan ksatria muda itu', sela citralaras.
'Baiklah, aku harap engkau secerdas yang kemaren-kemaren, kalau tidak maka engkau akan bernasib sama dengan budak itu', jawab bancali sambil berjalan bersama citralaras menjauhi budak itu.
Bancali terlihat menganggukkan kepalanya, tanda setuju dengan usul citralaras. Usul citralaras sebenarnya sederhana saja. Hanya untuk menjajaki hati ksatria muda itu. Intinya bila ksatria muda itu benar-benar jatuh hati pada budak tawanan itu, maka dia akan melakukan apa saja asal dia bisa mendapatkan atau membebaskan tawanan itu.
Keesokan harinya. Ksatria muda itu benar-benar menepati janjinya. Dia datang di pagi hari, ketika matahari masih malas-malasnya bersinar. Namun tidak dengan Bancali, semalaman dia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Cintanya tidak boleh bertepuk sebelah tangan. Kalau perlu tawanan itu akan dibuang atau dibunuh agar dia bisa mendapatkan cinta dari ksatria tampan itu. Pagi itu dia segera menyambut ksatria idaman hatinya dengan suasana hati tidak karuan dan sisa-sisa kelelahan akibat begadang semalaman.
'Bagaimana Bancali, apa kau berkenan membebaskan dia?', tanya ksatria muda itu.
'Dia sudah bebas, kami jatuhkan budak itu ke dalam jurang semalam', jawab bancali dengan datar.
Apa yang direncanakan oleh citralaras ternyata berhasil. Kabar itu bohong adanya, namun cukup menghancurkan perasaan pemuda itu. Akhirnya pemuda itu benar-benar marah dan seketika itu mengamuk di sarang gerombolan bandit. Namun bancali dan citralaras sudah menyiapkan segalanya. Sehebat-hebatnya ksatria itu, bila bertempur sendirian menghadapi anak buahnya maka lama kelamaan staminanya juga akan habis. Karena keduanya juga tahu, ksatria itu akan enggan menurunkan tangan jahat kepada mereka semua.
Akhirnya setelah bertarung seharian, stamina ksatria itu benar-benar habis. Diapun jatuh terkulai dan pingsan. Tidak ada yang tahu berapa lama dia pingsan, namun ketika tersadar dia sudah berada di dalam kerangkeng milik gerombolan bandit itu. Semua makanan yang ditaruh di depan kerangkengnya tidak ada yang disentuhnya. semakin membuktikan bahwa dia memang hanya menginginkan tawanan itu. betapa teririsnya hati bancali mendengar laporan anak buahnya. apa yang disampaikan oleh citralaras benar adanya, bahwa ksatria itu memang menginginkan budaknya itu. 'Tapi kenapa dia, dan mengapa bukan saya......??', begitu kata fikirannya yang tidak pernah percaya akan kenyataan yang dihadapinya.
Akhirnya bancali mempunyai pemikiran bahwa budaknya itu harus dijauhkan dari ksatria itu dan dia akan berterus terang kepada ksatria itu bahwa dia benar-benar mencintainya dan bila cintanya ditolak maka dia akan berkata bahwa dia rela untuk membujang untuk menunggu kehadiran cinta ksatria itu.
Hari yang dinanti itupun tiba. Ksatria itu dikeluarkan dari kerangkeng dan dipersilahkan untuk memeriksa sendiri sarangnya dengan seteliti-telitinya untuk mencari budak yang dimaksud. Akhirnya setelah seharian, ksatria muda itu menyerah dan tidak mencari lagi. Baginya cerita mengenai putri tawanan yang pernah menolongnya semasa kecil sudah habis.
Pada saat itu si Bancali datang menemuinya. Dan pada saat itu pula, dia tersadar dalam semedinya. Akhirnya dia cuma berkeluh kesah:
'Bancali, maafkan diriku yang telah membuat dirimu membujang alias hidup selibat. Sama dengan diriku yang tidak pernah menemukan pujaan hatiku dimana dia berada'.
Ksatria penjaga huta kerja bakti itupun menitikkan air mata karena teringat akan masa lalunya. Namun tak lama, diapun tersadar dengan tamunya. Lama dia berfikir dan akhirnya dia menemukan kebijaksanaan dalam semedinya.
'Mengapa saya tidak bekerjasama dengan anak muda ini untuk meluruskan cerita yang berkembang di masyarakat negeri midel ofnower (baca: antah berantah) mengenai kepalsuan kabar bahwa saya bisa mengabulkan do'a semua orang. Dan sebagai imbalannya saya bisa menghadiahkan beberapa gerakan atau jurus yang bisa mengubah kepandaian kanuragannya. Saya pikir itu setimpal....'.
Akhirnya diapun bangkit dari semedinya dan berkata: 'Anak muda, bangunlah sudah cukup masa penantianmu...'.
:_________Bersumbang
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI