PETUALANGANÂ di Kota Tangerang membawa pengalaman merasakan laksa. Kuliner dengan rasa berbeda dibanding penganan bernama sama: laksa.
Pengalaman itu juga membawa kepada pengetahuan bahwa daerah tertentu memiliki ciri khas dalam pengolahannya. Sepertinya, laksa di satu daerah berbeda dengan laksa di daerah lainnya.
Setahun lalu atau lebih, pernah menyantap laksa di sebuah gerai di Glodok, Jakarta Barat.
Saya tertarik lantaran pada papan nama gerai itu tertulis "laksa tanpa santan." Entah memakai apa, ternyata kuah laksa tersebut sangat enak.
Katanya sih, laksa Singapura. Berhubung belum ke negara Jiran itu, saya tidak serta-merta mengiyakan.
Di Bogor, laksa memiliki kekhasan, yaitu penggunaan oncom dalam sajiannya. Kuahnya bersantan dan berwarna kekuningan. Enak juga.
Sabtu kemarin, saya mendapatkan pengalaman baru merasakan kuliner khas Tangerang.
Turun di stasiun Tangerang, berjalan kaki sekitar 500 meter menuju Pasar Anyar Tangerang. Tempat bertemunya penjual dan pembeli itu terlihat baru, belum seluruhnya terisi.
Di luar terdapat penampungan pedagang, tempat sementara jual beli sayur mayur juga kebutuhan dapur.
Saya celingak-celinguk hendak mencari penjual laksa ternama di Jalan Ahmad Yani. Kemudian pedagang dan tukang parkir menunjuk arah ke Pasar Anyar Tangerang.