Mohon tunggu...
Hartati Hasugian
Hartati Hasugian Mohon Tunggu... STT Ekumene Medan

Membaca dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jika Esok adalah Hari Terakhirmu, Apakah yang Akan Kamu Lakukan Hari Ini?

21 Juli 2025   16:57 Diperbarui: 21 Juli 2025   17:05 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kita bertanya dengan sungguh-sungguh kepada diri sendiri: "Jika besok adalah hari terakhirmu, apa yang akan kamu lakukan hari ini?" 

Pertanyaan ini terdengar sederhana, bahkan sering kita dengar dalam kutipan motivasi. Namun di balik kesederhanaannya, tersimpan kekuatan reflektif yang dalam. 

Ia menampar kesadaran kita bahwa hidup ini tidak dijamin akan terus berjalan seperti yang kita rencanakan. Kita terlalu sering berasumsi bahwa masih ada hari esok untuk meminta maaf, untuk mencintai, untuk bermimpi, dan untuk melakukan hal-hal yang penting. 

Akibatnya, banyak dari kita terjebak dalam rutinitas yang hambar, menjalani hari demi hari seperti robot, tanpa gairah, tanpa arah, dan tanpa makna.

Kita hidup dalam kecepatan yang tinggi, tetapi tidak pernah benar-benar hadir dalam detik yang sedang berjalan. Kita lupa bahwa setiap hari yang diberikan adalah anugerah. Kita menunda untuk memulai kembali hubungan yang renggang, menunda untuk mengejar panggilan hidup, dan menunda untuk berdoa atau merenung. 

Padahal, waktu tidak pernah menunggu. Ia berlalu tanpa peduli apakah kita mengisinya dengan hal baik atau tidak.

 Kesadaran bahwa hidup bisa berakhir kapan saja seharusnya membuat kita lebih bijak dalam memilih prioritas. Jika esok adalah akhir, apakah kamu akan tetap menghabiskan harimu bersedih karena komentar orang lain? Apakah kamu akan tetap sibuk membandingkan dirimu dengan pencapaian orang lain di media sosial?

Jika kita tahu bahwa waktu kita tinggal sedikit, mungkin kita akan lebih berani mencintai, lebih rendah hati untuk meminta maaf, dan lebih lembut dalam berkata-kata. Kita akan lebih sering menatap wajah orang tua dengan syukur, memeluk teman dengan tulus, dan menghargai momen-momen kecil yang sering kita abaikan.

 Kita akan lebih serius memaknai setiap pertemuan, setiap detik, dan bahkan setiap nafas yang kita tarik. Kita akan berusaha meninggalkan jejak, bukan hanya sekadar jejak digital, tetapi warisan nilai dan kebaikan yang bisa dikenang orang lain.

Hidup seakan-akan mati besok bukan berarti kita hidup dalam ketakutan, tetapi dalam kesadaran penuh. Justru dengan menyadari bahwa hidup ini sementara, kita akan lebih menghargai setiap momen. 

Kita tidak akan mudah marah, tidak akan membuang waktu untuk dendam, dan tidak akan hidup dalam penyesalan berkepanjangan. Kita akan memilih untuk hadir, utuh, dan sadar dalam menjalani hari ini. Kita akan berani memulai hal baru, berkata jujur tentang perasaan, dan mengejar tujuan hidup dengan sepenuh hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun