Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Merayakan Gusti dengan Lagu-lagu yang Enak di Kuping

13 Agustus 2025   13:50 Diperbarui: 13 Agustus 2025   13:50 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merayakan Gusti pada 6 Juli. Endikup dirilis dengan isi 9 lagu bareng 1 komika dan 4 musisi. Semua enak: didengar di kuping, lalu hangat di hati.

"Kok bisa musik dimainkan seasyik ini?" kataku, dalam hati.

Apalagi pas dengar lagunya yang bareng Hismi... Himzi... Hifdzi(!)khoir: we always together. Tak ada yang menjadi satu dengan-yang-lain. Gusti tetap Gusti; Hismi... Himzi... Hifdzi tetap Hismi... Himzi... Hifdzi (wth how hard to spell hifdzi' name is!).

We know how Gusti and Hifdzi dalam bermusik, kemuudian kedua keanehan itu disatukan. Jadi enak (juga) di kuping.

Dengar and perhatikan bagaimana Gusti bikin lirik ini: we always togther artinya kita selalu bersama selamanya.

Bukan hanya itu, lirik selanjutnya, dugaanku, itu Hifdzi yang isi: me tak kan pernah tinggalkan you, jangan pernah tinggalkan me, tapi indomie enak sekali.

Kata kucinya ada pada tiba-tiba "tapi indomie enak sekali". Terlalu Hifdzi itu, mas!!!

Bukan hanya itu. Tenang. Coba dengar lagu ini sambil memejamkan matamu. Betapa riang and senang musik dimainkan, lalu tiba-tiba terbayang --paling tidak olehku-- ada Hifdzi yang joget-joget dengan gemulai.

Dugaanku yang lain dari lagu ini adalah bagaimana nanti, barangkali, Hifdzi bisa nyanyikan atau di-cover oleh Orkes Pensil Alis (OPA), band orkes milik Hifdzi pribadi. Muktientut, tentu saja, bisa mengisi bagian Gusti pada lagu ini.

Lagi-lagi dugaanku, pada akhir lagu Hifdzi berorasi: dia sebutkan Eca, nama istrinya; dia sebut juga Nadeen Pribadi. Pada bagian ini, entah kenapa, aku menitikan airmata. Jatuh tanpa sebab.

Cinta seorang Ayah pada keluarganya, barangkali, yang membuat bagian tersebut jadi sendu.

***

Lagu lainnya, yang kusuka dari Endikup, yaitu "menunggu ujung". Kalau kamu coba dengarkan utuh album ini tanpa di-shuffle, ini lagu ke-9 dari urutan lagu-lagu lainnya.

Ketika semua lagu kamu telah dibawa bersenang-senang dengan enak, kemudian hanya pada lagu ini yang menyadarkanmu: bahwa Gusti telah meninggalkan kita.

This is surreal. Gusti menulis: tak bohong untuk sulit jalani hari/ karena hanya aku yang mengetahui/ dan menunggu ujung jalan...

Ada sekitar 20 detik akhir lagu tersebut beisikan helaan nafas Gusti yang dekat, yang pelan-pelan hilang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun