***
Dengan penuh kesadaran dan kerelaan, pada akhirnya aku terima: aku tidak bisa menggambar. Anehnya aku tersadar karena masa-masa galau diputusin pacar. Aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan buku. Menyendiri sampai luka hati terobati.
Dari sanalah aku belajar menulis sampai sekarang ini. Karena tidak bisa menggambar, aku coba menulis dengan memvisualkan semua. Peristiwa, latar tempat, hingga perasaan. Semua aku coba gambarkan dengan kata-kata. Dari cerita pendek, catatan harian biasa, dan puisi pada akhirnya. Susah, memang. Dan memang tidak ada yang mudah. Terus dan terus belajar menggambarkan yang aku ingin ceritakan lewat kata-kata.
Lalu pada satu pagi maz pinot bilang lewat cuitannya:Â everyone can draw. Period. Ask your inner child, ignore those adult's pride & fear.
Uuuggghhh. Waktu rasa-rasanya berputar ke belakang. Aku yang tidak menggambar --wabilkhusus garis lurus-- ini seperti dingatkan kembali tentang harapan semasa kecil. Kang Denny membalas cuitan itu. Katanya, saya kalau mendorong anak untuk menggambar selalu pakai jurus logis gambar itu hanya terdiri dari garis lurus dan garis lengkung.
"Siapapun yang bisa membuat dua garis itu, pasti bisa menggambar. Bagus atau tidak itu soal latihan," tulisnya.
Aku curhat saja soal masalahku sedari dulu. Bahkan sampai bertemu dengan tetua komunitas sketcher bogor, aku lupa namanya, tapi aku ingat dulu ada seorang yang ingin belajar menggambar mendatangi komunitas tersebut yang sedang roadshow di beberapa lokasi di bogor. Orang itu, katanya, sepertiku ini: bukan hanya tidak bisa menggambar, tapi tidak bisa membuat garis lurus.
Itu ada penyakit, katanya. Yha. Pada titik itu aku ingat teman petempuanku itu. Namun, yang terpenting adalah ia dibimbing langsung oleh komunitas sketecher itu. Diajari dan bisa. Sedangkan aku tidak. Saat itu aku sedih tentu saja.
Sialnya ada yang terlupa. Masih ada maz pinot pada convo tersebut. Curhatku ke kang denny masuk juga ke linimasa maz pinot. Lalu aku dinasihati(?) Langsung oleh maz pinot. Ada 3 (tiga) poin pesannya padaku:
(1) basic menggambar itu ada dicoretan, apa pun bentuknya. Lalu kombinasi dengan berbagai coretan. Kembali seperti anak balita, TK yg tidak mengenal mesti ini mesti itu. Bebaskan. (2) dan tiap orang unik. Ada yang bisa lurus, ada yang miring, ada yang gradakan kayak gue. Apa pun garis yg ditarik, yang penting dengan hati senang, bercerita, berimajinasi. Di sini (Amerika, maksudnya) ada komunitas sketcher juga, pesertanya dari balita hingga eyang-eyang. Sangat variatif, sangat unik.
Terakhir, (3) yang balita dan tk gambar sesuai imajinasi dia, yang tua belajar lagi tentang spontanitas dari mereka. Sementara gue, udah kadung kaku karena pengalaman bertahun-tahun, belajar lagi untuk kembali luwes dan berani salah.