Tentu saja hal ini tidak bisa menjadi jaminan Partai Ummat akan lolos ambang batas parlemen 4% pada Pileg mendatang karena belum ada kajian ilmiah atau pun survei elektoral yang bisa mengukur berapa jumlah orang-orang yang akan memilih Partai Ummat jika mengusung politik Identitas.
Idealis atau pragmatis
Melihat partai Ummat yang mencoba "melawan arus" pada Pileg 2024 ini tentu banyak juga yang bertanya apakah ini merupakan langkah yang idealis dari partai islam mengingat banyak partai yang sudah tidak memedulikan ideologi partai dan mementingkan berbagai cara demi meningkatkan suara mereka di tiap penyelenggaraan Pemilu di Indonesia.
Tapi bisa saja justru itu merupakan langkah pragmatis karena kemugkinan lain alasan sebenarnya mengusung politik identitas merasa sulit menarik para pemilih jika yang dikampanyekan ialah ide-ide sedangkan masyarakat Indonesia masih lebih terpaku pada sosok tertentu, belum lagi sejak munculnya sosok  Joko Widodo yang sangat terkenal sebagai orang populis untuk menarik para pemilih hingga ia mampu menjadi presiden selama dua periode kepemimpinan. Hal ini akan melihat langkah partai baru ini lebih pada langkah pragmatis tetapi memiliki resiko yang tinggi karena membatasi basis pemilih mereka sendiri.
Namun tetap saja kepastian idealis atau pragmatis ide partai Ummat ini hanya bisa diketahui oleh internal partai itu sendiri, tetapi jika saya sebagai orang yang memiliki ketertarikan dengan politik Indonesia melihat hal ini lebih pada langkah pragmatis partai dibandingkan sebagai langkah idealis mengingat tokoh-tokoh partai Ummat seperti Amien Rais dalam rekap jejak politiknya lebih banyak melakukan cara-cara realistis untuk meraup suara ketika masih berada di Partai Amanat Nasional (PAN).
Â
Sumber:
- Imawan, R. (2004). Partai Politik di Indonesia: Pergulatan setengah hati mencari jati diri. Naskah pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Ilmu Politik FISIPOL UGM yang disampaikan pada, 4 September 2004.
- Nurjaman, A. (2014). Party Survival: Strategi Meraih Kursi di Era Reformasi. Jurnal Humanity, 9(2).