Mohon tunggu...
Siti Suharni
Siti Suharni Mohon Tunggu... Suka membaca, menulis, makan, dengerin musik, dan nonton.

Ibu rumah tangga yang suka membaca, belajar, icip-icip kuliner, dan suka nonton film sambil ngeteh atau ngopi. Sering isi waktu dengan menjadi editor, penulis, pengajar, dan pedagang. Saat ini tinggal di Kota Soto dan pengen suatu hari jalan-jalan ke Arab, Tiongkok, Maroko, dan negeri Persia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sinergi Mengayuh Kapal Pendidikan Indonesia Menuju Abad 21

27 September 2025   20:00 Diperbarui: 27 September 2025   21:58 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan membutuhkan sinergi agar bermutu dan siap menghadapi tantangan abad 21. (Sumber: Dok. Pribadi)

Alarm berikutnya berbunyi dari laporan Programme for International Student Assessment (PISA) yang dirilis pada Desember 2019. Sayangnya, peringkat Indonesia tercatat merosot tajam di hampir semua indikator utama: membaca, matematika, dan sains. 

Tren penurunan ini adalah kelanjutan dari pola yang terlihat sejak Indonesia pertama kali berpartisipasi dalam PISA pada tahun 2000.

Laporan OECD memberikan sebuah kesimpulan yang menohok: sebagian besar siswa Indonesia belum mencapai kompetensi dasar yang diharapkan. Dalam kemampuan membaca, hanya sekitar 30% siswa yang berhasil memenuhi kompetensi minimal. 

Di bidang matematika, kurang dari 40% siswa, dan dalam ilmu sains, 40% siswa masih berada di bawah kemampuan minimal yang seharusnya mereka kuasai.

Angka-angka ini menjadi alarm yang menandakan bahwa kualitas belajar-mengajar di kelas-kelas Indonesia harus segera ditingkatkan secara fundamental.

Tiga Tiang Penyangga Kualitas: Mengaktifkan Sinergi

Belum terlambat! Kita harus secepatnya berbenah dan bangkit. Untuk mengubah kisah suram dari data di atas, pendidikan harus dipandang bukan sekadar gedung sekolah, melainkan sebuah kapal besar yang berlayar menuju masa depan. 

Agar pelayaran ini sukses menciptakan pendidikan yang benar-benar bermutu, kapal membutuhkan sinergi tiga tiang penyangga penting yang berdiri kokoh: guru, murid, dan orang tua.

Saya sempat mengikuti sebuah talkshow secara daring yang diadakan Kemendikdasmen dan Kompasiana beberapa waktu lalu. Acara yang dimoderatori Pak Heru Margianto (COO Kompasiana) tersebut menghadirkan narasumber, yaitu Ibu Dr Rahmawati (Kepala Pusat Asessment Pendidikan Kemendikdasmen), Ibu Fitriana M.Pd (guru SDN Sukapura 01 Jakarta Utara), Ibu Dinnar Tasmulaylisyah (Fasilitator Sidina Community) serta  Alexa (Duta SMA Nasional).

Sebagai pembuka acara, Pak Ma'ruf (Staf Khusus Mendikdasmen Bidang Komunikasi) mengungkapkan bahwa kunci untuk membentuk pendidikan terletak pada keseharian yang berakar kuat pada kebiasaan baik dan lingkungan yang mendukung. 

Siswa memulai hari-harinya dengan 7 Kebiasaan Anak Hebat, sebuah rutinitas di rumah dan di sekolah yang menanamkan disiplin, proaktif, dan prinsip-prinsip karakter sejak dini.

Namun, kebiasaan baik ini tidak bisa berdiri sendiri karena harus ditopang oleh ekosistem sekolah dan rumah yang sempurna. Sekolah dan rumah anak haruslah tempat yang aman dan nyaman. Ini bukan sekadar tentang gedung yang kokoh dan baik, tetapi juga ada jaminan suasana yang bebas dari perundungan, penuh dukungan emosional, dan mendorong eksplorasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun