Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perpustakaan, Ruang Pertanyaan Menemukan Jawaban

17 September 2025   20:09 Diperbarui: 17 September 2025   20:09 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perpustakaan (Sumber: Gambar Canva Diolah Oleh Penulis Penuh Tanya)

Banyak orang masih melihat perpustakaan hanya sebagai bangunan sunyi penuh rak buku. Ruang dengan aroma kertas tua, kursi kayu yang jarang penuh, dan penjaga yang sibuk mencatat peminjaman. Namun, jika kita mau membuka mata lebih dalam, perpustakaan bukanlah sekadar gudang pengetahuan. Ia adalah ruang tempat pertanyaan-pertanyaan menemukan jawabannya---atau bahkan melahirkan pertanyaan baru yang lebih tajam.

Sejak kecil, kita terbiasa diajari bahwa buku adalah sumber ilmu. Tetapi buku tidak pernah bicara sendiri. Ia menunggu disentuh, dibaca, ditafsirkan, bahkan diperdebatkan. Di sinilah perpustakaan bekerja: menyediakan ruang aman agar dialog antara manusia dan pengetahuan dapat berlangsung. Pertanyaan yang muncul di kepala kita menemukan jalannya, menuntun ke rak demi rak, membuka lembar demi lembar.

Perpustakaan ibarat cermin. Ia tidak hanya memantulkan jawaban, tetapi juga merefleksikan siapa diri kita. Seseorang yang masuk dengan rasa penasaran tentang sejarah bangsanya bisa keluar dengan kesadaran baru tentang masa depan. Mahasiswa yang resah mencari bahan skripsi bisa berakhir dengan gagasan orisinal. Anak kecil yang hanya ingin membaca komik bisa tanpa sadar mengenal dunia sains atau sastra. Semua itu lahir karena perpustakaan memberi kesempatan untuk bertanya---dan tidak pernah menghakimi pertanyaan itu.

Namun, mari jujur sejenak. Di era digital, banyak yang mengira perpustakaan mulai kehilangan fungsi. Mengapa harus datang ke gedung jika jawaban bisa didapat dalam satu klik di gawai? Justru di titik ini perpustakaan membuktikan dirinya relevan. Internet memang cepat, tapi sering kali dangkal. Perpustakaan menawarkan kedalaman: proses membaca panjang, keaslian sumber, serta pengalaman meraba teks, berdiskusi dengan pustakawan, atau sekadar duduk merenung di ruang baca.

Pertanyaan manusia tidak pernah sesederhana mesin pencarian. Ada rasa, ada keraguan, ada kebutuhan untuk menimbang. Jawaban dari internet bisa sepotong-sepotong, tetapi jawaban dari perpustakaan sering mengajak kita merangkai kepingan pengetahuan menjadi narasi utuh. Dengan kata lain, perpustakaan bukan sekadar penyimpan jawaban, melainkan penyambung makna.

Maka, tugas kita bukan hanya membangun gedung megah dengan rak tinggi, melainkan menghidupkan perpustakaan sebagai ruang dialog. Tempat di mana pelajar, pekerja, hingga ibu rumah tangga bisa datang membawa pertanyaan mereka sendiri. Perpustakaan harus terbuka pada teknologi, tetapi tidak kehilangan keintimannya. Ia bisa menghadirkan katalog digital, ruang diskusi, bahkan pojok kreatif, namun tetap menjaga ruh: menjadi rumah bagi orang-orang yang ingin mencari, bukan hanya menghafal.

Akhirnya, perpustakaan adalah simbol perjalanan manusia: dari penasaran menuju pemahaman, dari pertanyaan menuju kebijaksanaan. Jika kita mampu menjaga ruang ini tetap hidup, maka generasi berikutnya tidak hanya mewarisi tumpukan buku, tetapi juga keberanian untuk terus bertanya. Karena pada dasarnya, setiap jawaban adalah pintu menuju pertanyaan baru---dan perpustakaanlah rumah bagi pintu-pintu itu.

Ditulis Oleh: Harmoko (Penulis Penuh Tanya)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun