Setiap pelamar kerja tentu menyimpan harapan: menjadi kandidat yang diingat, dinilai tinggi, bahkan---kalau bisa---dikejar oleh perusahaan. Label "kandidat idaman" menjadi impian yang samar sekaligus ambisius. Namun, di balik semua itu, pertanyaan dasarnya sederhana namun krusial: apa sebenarnya makna "idaman" di mata HRD?
Apakah cukup dengan CV yang mengilap, IPK nyaris sempurna, dan pengalaman organisasi seabrek? Ataukah ada dimensi yang tak tertulis namun diam-diam lebih menentukan: sikap, nilai, dan integritas?
Tulisan ini bukan panduan kilat lolos kerja. Ia adalah cermin kecil untuk melihat kembali: apa yang sebenarnya dibutuhkan dunia kerja dari kita sebagai manusia, bukan sekadar kandidat?
Lebih dari Sekadar Kompetensi
Dunia kerja hari ini tidak hanya menuntut kompetensi, tapi juga keutuhan karakter. Banyak contoh menunjukkan bahwa pelamar yang unggul secara akademik tak selalu berhasil menembus tahap akhir seleksi. Sementara kandidat lain yang secara teknis "biasa saja" justru diterima, dibina, dan berkembang pesat dalam perusahaan.
Apa yang sedang terjadi?
HRD tidak hanya menilai apa yang Anda bisa, tetapi juga siapa Anda dalam bekerja bersama orang lain. Dalam dunia kerja yang makin kompleks, seseorang yang bisa belajar dengan cepat, terbuka pada masukan, dan tahan banting menghadapi dinamika justru lebih dibutuhkan daripada mereka yang hanya mengandalkan nilai atau sertifikat.
Kompetensi penting, tapi bukan satu-satunya.
Baca juga: HRD Juga Manusia, Tapi Kok Kayak Robot?Dunia kerja mencari orang yang mampu tumbuh bersama, bukan hanya yang sudah merasa jadi "pohon besar".
Empati, Adaptasi, dan Komunikasi
Ketiganya seperti fondasi rumah yang kokoh. Tak selalu terlihat dari luar, tapi menopang segala hal di dalamnya.
- Empati, sebagai kemampuan memahami perspektif orang lain, sangat krusial dalam kerja tim. HRD tidak hanya menilai hasil kerja, tapi juga cara seseorang memperlakukan rekan kerja dan klien.
- Adaptasi, sebagai indikator fleksibilitas terhadap perubahan. Dalam era disrupsi dan VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity), perusahaan butuh orang yang tidak kaku, tidak cepat panik, dan bisa menghadapi ketidakpastian.
- Komunikasi, bukan sekadar berbicara, tapi juga mendengar dan menyampaikan ide dengan jelas, tanpa menyulut konflik.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!