Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cinta Tak Bisa Bayar Listrik: Mengelola Keuangan Setelah Menikah

5 Juli 2025   13:39 Diperbarui: 5 Juli 2025   13:34 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari gaun putih hingga rekening bersama---perjalanan cinta setelah pernikahan dimulai dari kejujuran finansial. (Diolah oleh penulis via Canva)

Oleh: Harmoko | Sabtu,5 Juli 2025

"Pengelolaan keuangan setelah menikah adalah pondasi utama bagi kebahagiaan dan keharmonisan rumah tangga."

Menikah itu manis, tapi cicilan tetap manisnya belakangan. Setelah pesta usai dan tamu pulang, yang tersisa adalah dua orang dan... tagihan. Dari sewa gedung, catering, hingga foto prewedding yang katanya "harga teman", semua mendadak menuntut dibayar dengan cinta---yang sayangnya belum bisa dijadikan alat tukar sah di marketplace.

Lantas, bagaimana sebenarnya cara pasangan muda mengelola keuangan setelah menikah? Refleksi ini saya tulis bukan sebagai pakar finansial, tapi sebagai suami yang pernah kehabisan saldo di akhir bulan karena diskon Shopee.

Menyatukan Dua Gaya Hidup dalam Satu Rekening

Saya tipe yang suka menyimpan, istri saya tipe yang percaya pada rezeki datang bersama keranjang belanja. Awalnya kami sering adu argumen: soal prioritas, soal uang jajan, bahkan soal siapa yang harus bayar Netflix.

Akhirnya kami sepakat untuk membuat tiga rekening:

1. Rekening rumah tangga bersama (untuk semua kebutuhan pokok),

2. Rekening pribadi masing-masing (biar tetap punya ruang ekspresi),

3. Rekening darurat (buat kalau salah satu tiba-tiba kena PHK atau kena penyakit, amit-amit).

Ternyata, sistem ini bekerja cukup baik---karena kami punya batas, punya peran, dan tetap punya kebebasan kecil untuk diri sendiri.

Uang Bisa Menyatukan, Tapi Juga Bisa Memecah

Jangan remehkan pertengkaran karena uang. Masalah kecil seperti "kenapa belanja bulanan nambah 300 ribu?" bisa memicu drama ala sinetron prime time. Sebaliknya, ketika keuangan dikelola terbuka, saling tahu kemampuan masing-masing, kepercayaan tumbuh seperti bunga deposito.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun