Oleh: Harmoko | Sabtu,5 Juli 2025
"Pengelolaan keuangan setelah menikah adalah pondasi utama bagi kebahagiaan dan keharmonisan rumah tangga."
Menikah itu manis, tapi cicilan tetap manisnya belakangan. Setelah pesta usai dan tamu pulang, yang tersisa adalah dua orang dan... tagihan. Dari sewa gedung, catering, hingga foto prewedding yang katanya "harga teman", semua mendadak menuntut dibayar dengan cinta---yang sayangnya belum bisa dijadikan alat tukar sah di marketplace.
Lantas, bagaimana sebenarnya cara pasangan muda mengelola keuangan setelah menikah? Refleksi ini saya tulis bukan sebagai pakar finansial, tapi sebagai suami yang pernah kehabisan saldo di akhir bulan karena diskon Shopee.
Menyatukan Dua Gaya Hidup dalam Satu Rekening
Saya tipe yang suka menyimpan, istri saya tipe yang percaya pada rezeki datang bersama keranjang belanja. Awalnya kami sering adu argumen: soal prioritas, soal uang jajan, bahkan soal siapa yang harus bayar Netflix.
Akhirnya kami sepakat untuk membuat tiga rekening:
1. Rekening rumah tangga bersama (untuk semua kebutuhan pokok),
2. Rekening pribadi masing-masing (biar tetap punya ruang ekspresi),
3. Rekening darurat (buat kalau salah satu tiba-tiba kena PHK atau kena penyakit, amit-amit).
Ternyata, sistem ini bekerja cukup baik---karena kami punya batas, punya peran, dan tetap punya kebebasan kecil untuk diri sendiri.
Uang Bisa Menyatukan, Tapi Juga Bisa Memecah
Jangan remehkan pertengkaran karena uang. Masalah kecil seperti "kenapa belanja bulanan nambah 300 ribu?" bisa memicu drama ala sinetron prime time. Sebaliknya, ketika keuangan dikelola terbuka, saling tahu kemampuan masing-masing, kepercayaan tumbuh seperti bunga deposito.