Setelah sesi interview selesai, kandidat pulang sambil mengevaluasi diri:
"Tadi aku kurang senyum gak ya? Harusnya jawabannya lebih runut..."
Tapi di balik layar, justru HRD dan user yang mulai berdebat di grup WhatsApp.
Obrolannya seperti ini:
User: "Kayaknya terlalu serius ya orangnya."
HRD: "Tapi komunikasinya bagus dan sesuai profil."
User: "Feeling saya nggak enak."
HRD: "Feeling bukan parameter penilaian, Pak."
User: "Tapi tim saya butuh yang bisa ngangkat suasana."
Coba, siapa yang bisa memenuhi syarat: paham teknis, komunikatif, dan bisa jadi mood booster sekaligus?
Kadang HRD harus menjadi penengah antara keinginan user yang "bernuansa" dan realita yang tersedia. Dan ketika keputusan tetap harus dibuat, HRD-lah yang menyampaikan hasilnya kepada kandidat---meski keputusannya bukan dari mereka.
HRD Dituduh, User Hilang