Kalau belum semua terpenuhi, jangan buru-buru mundur. Justru di sinilah tantangannya: bagaimana kita bisa menunjukkan bahwa potensi kita layak untuk diperhitungkan.Â
Misalnya, Anda mungkin belum pernah memimpin tim, tapi pernah mengoordinasikan komunitas kampus---itu bisa jadi nilai transferabel.
Satu kesalahan umum adalah menulis CV seperti kronologi hidup. Padahal, yang dicari HRD adalah korelasi, bukan histori.Â
Tunjukkan bahwa pengalaman Anda bukan hanya "pernah dilakukan", tapi berhasil dijalankan.Â
Misalnya: "Berhasil meningkatkan engagement media sosial sebesar 60% dalam 3 bulan," akan jauh lebih kuat dibanding "mengelola media sosial perusahaan."
Intinya, jangan biarkan lamaran Anda tenggelam di antara tumpukan dokumen lainnya. Baca deskripsi pekerjaan seperti detektif membaca kasus.Â
Soroti poin yang relevan, angkat pengalaman yang paling kuat, dan sajikan diri Anda sebagai jawaban dari kebutuhan perusahaan.
Kesuksesan melamar kerja tak hanya soal siapa kita, tapi bagaimana kita mampu membingkai diri secara strategis dan meyakinkan.Â
Dalam dunia kerja yang semakin selektif, memahami deskripsi pekerjaan bukan lagi pilihan.Â
Ia adalah pintu pertama yang harus kita buka dengan kunci yang tepat---dan kuncinya adalah pemahaman, bukan sekadar pengiriman massal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI