Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bukan Sekadar Pintar: Inilah Sinyal yang Dicari HRD dari Kandidat Idaman

23 Juni 2025   16:00 Diperbarui: 22 Juni 2025   22:06 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto kompasiana.com

Di tengah persaingan kerja yang makin padat, menjadi "kandidat ideal" bukan cuma soal IPK tinggi atau pengalaman segunung. HRD hari ini tak lagi mencari manusia robot yang sekadar patuh, tapi pribadi dinamis yang tahu cara berkomunikasi, bersikap, dan berkontribusi. Kalau kamu ingin jadi sosok yang bukan cuma dilirik tapi juga diingat, berikut ini bekal yang wajib kamu bawa.

Komunikasi yang Efektif dan Terukur

Kemampuan komunikasi itu ibarat sinyal di smartphone---kalau lemah, semua fitur jadi percuma. Dalam wawancara kerja, kita bukan cuma dinilai dari apa yang kita tahu, tapi seberapa cerdas kita menyampaikannya. Jawaban yang berbelit-belit itu kayak aplikasi yang kebanyakan pop-up: bikin capek, bikin ilfeel. Sayangnya, masih banyak yang ngomongnya muter-muter, padahal pertanyaannya lurus-lurus aja. Mungkin mereka pikir makin panjang jawaban, makin kelihatan pintar---padahal sih, kadang justru makin kelihatan nggak siap. Komunikasi yang efektif itu seperti tampilan user interface yang rapi: nggak banyak gaya, tapi langsung paham. Pewawancara nggak butuh drama, cukup sinyal kuat dan koneksi yang stabil. Jadi, kalau kamu masih suka jawab ngelantur, jangan heran kalau sinyal HRD-nya tiba-tiba putus sendiri.

Di dunia kerja, yang dicari bukan sekadar orang yang banyak bicara, tapi yang tahu kapan harus bicara, dan kapan harus berhenti.

Sikap Profesional dan Attitude yang Konsisten

Kecerdasan boleh diasah, skill bisa dipelajari, tapi attitude? Itu investasi jangka panjang yang langsung terbaca sejak lima menit pertama wawancara. HRD nggak cuma melihat isi CV-mu, tapi juga membaca cara dudukmu, intonasi suaramu, sampai bagaimana kamu menanggapi pertanyaan yang sulit. Jangan remehkan hal-hal kecil seperti datang tepat waktu atau berpakaian rapi---karena justru di situlah karakter aslimu diuji. Bersikap profesional bukan berarti kaku, tapi tahu kapan harus serius dan kapan bisa santai. Banyak kandidat yang CV-nya gemilang, tapi ambruk di wawancara karena pembawaannya kayak baterai drop: nggak semangat, nggak terhubung, dan cepat mati gaya. Attitude yang positif itu seperti mode hemat daya---tenang, tahan lama, dan tetap efisien meski dalam tekanan.

HRD bisa memaafkan ketidaktahuan teknis, tapi tidak akan menoleransi arogansi yang dibungkus percaya diri palsu.

Problem Solving dan Adaptabilitas: Siap Geser, Siap Tancap

Dunia kerja itu nggak statis kayak wallpaper kantor. Hari ini diminta A, besok bisa jadi disuruh Z plus bonus X dan Y. Maka, kemampuan menyelesaikan masalah dan cepat beradaptasi adalah senjata utama. HRD suka kandidat yang nggak gampang panik ketika diajak mikir di luar naskah. Misalnya, saat dikasih studi kasus atau pertanyaan jebakan, mereka ingin tahu: kamu nyerah, muter-muter, atau malah kasih solusi kreatif? Nggak harus langsung benar---yang penting logis, realistis, dan menunjukkan kamu nggak takut tantangan.

Adaptabilitas itu kayak fitur auto-rotate di HP: tahu kapan harus portrait, kapan harus landscape. Fleksibel tapi tetap fokus. Kandidat yang terlalu kaku, gampang nge-lag saat sistem berubah, biasanya cepat ditinggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun