Unggahan tersebut, dengan pesan singkat namun berdampak, "Jangan gunakan pengaruhmu untuk membantu seseorang mendapatkan pekerjaan," Â melebihi sekadar nasihat umum; ia terkesan sebagai kritik halus, bahkan sindiran tajam terhadap praktik perekrutan di dalam Danantara.
Kontroversi ini mengungkap pertarungan antara simbol dan substansi dalam membangun kepercayaan di dunia investasi global. Â
Kehadiran Dalio sebelumnya dianggap sebagai simbol kredibilitas Danantara, menarik perhatian investor internasional berkat reputasinya sebagai pendiri Bridgewater Associates, salah satu firma manajemen investasi terbesar dunia. Â
Namun, Â peristiwa ini menunjukkan bahwa simbol semata tidak cukup untuk menjamin kepercayaan jangka panjang. Â
Kepercayaan yang sejati dibangun di atas fondasi yang kokoh: transparansi, akuntabilitas, dan, yang paling penting, meritokrasi.
Pesan Dalio, meskipun disampaikan secara singkat dan tidak langsung, Â menunjukkan keprihatinan mendalam terhadap potensi penyimpangan dari prinsip meritokrasi di Danantara. Â
Ungkapan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai kritik terhadap praktik nepotisme atau kolusi yang mungkin terjadi dalam proses perekrutan. Â
Dengan menekankan pentingnya menghindari penggunaan pengaruh pribadi untuk mendapatkan pekerjaan, Dalio secara implisit menyiratkan bahwa praktik tersebut merusak prinsip keadilan dan kompetensi yang menjadi dasar meritokrasi.
Perbedaan pernyataan antara Dalio dan Rosan Roeslani semakin memperkuat dugaan adanya ketimpangan dalam tata kelola Danantara. Â
Bantahan Rosan Roeslani, tanpa penjelasan yang memadai, justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, memperkuat kesan kurangnya transparansi dalam manajemen lembaga tersebut. Â
Hal ini semakin menggarisbawahi pentingnya komunikasi yang terbuka dan jujur dalam membangun kepercayaan publik.