Kenaikan signifikan pada sisi impor sebagian besar dipicu oleh lonjakan impor nonmigas, yang berkontribusi besar terhadap keseluruhan nilai impor bulan tersebut. Barang-barang yang termasuk dalam kategori ini mencakup:
Bahan baku industri manufaktur, seperti mesin dan komponen elektronik.
Barang konsumsi untuk kebutuhan domestik, termasuk produk makanan dan farmasi.
Barang modal, seperti peralatan transportasi dan konstruksi.
Kondisi ini bisa dimaknai sebagai cermin dari meningkatnya aktivitas industri dan konsumsi domestik, namun juga menyiratkan ketergantungan tinggi terhadap komponen impor, yang dalam jangka panjang dapat memperlemah posisi neraca transaksi berjalan.
Tren Ekspor Masih Tumbuh, Namun Tidak Cukup Kuat
Meski nilai ekspor mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 5,76%, kenaikan ini dinilai tidak cukup kuat untuk menahan tekanan dari sisi impor. Pertumbuhan ekspor didorong oleh:
Kenaikan harga komoditas utama seperti batu bara dan CPO (crude palm oil).
Peningkatan permintaan dari beberapa mitra dagang seperti India dan Tiongkok.
Namun, ekspor produk manufaktur dan teknologi tinggi justru melambat, menandakan bahwa Indonesia masih terlalu bergantung pada ekspor berbasis komoditas, yang rentan terhadap fluktuasi harga global dan perlambatan ekonomi negara mitra dagang.
Dampak terhadap Stabilitas Ekonomi Makro