Namun, tantangan utamanya adalah bagaimana kebijakan besar seperti ini diimplementasikan dengan sensitivitas sosial dan dialog yang terbuka.Â
Transformasi kelembagaan tidak bisa dilakukan dengan pendekatan top-down yang minim partisipasi.Â
Apalagi ketika yang dikorbankan adalah manusia, bukan semata statistik birokrasi.
Sentralisasi vs Desentralisasi: Jalan Tengah yang Mungkin
Salah satu poin penting dari keberatan para peneliti adalah hilangnya peran daerah dalam ekosistem riset nasional.Â
Mereka mengusulkan agar BRIN mempertimbangkan model homebase regional sebagai alternatif atas sentralisasi penuh ke Jakarta.Â
Dengan pendekatan ini, peneliti dapat tetap bekerja dan berkarya di daerah masing-masing, sambil tetap menjadi bagian dari sistem nasional yang terkoordinasi.
Usulan ini layak dipertimbangkan sebagai jalan tengah yang memungkinkan sinergi antara efisiensi kelembagaan dan keadilan distribusi.Â
BRIN tidak perlu menarik semua periset ke pusat, tetapi cukup membangun sistem koordinasi dan evaluasi kinerja berbasis digital yang dapat mengintegrasikan berbagai unit regional secara real time.
Dengan model ini, aset dan infrastruktur riset di daerah tidak akan terbengkalai, dan para peneliti tetap bisa melanjutkan riset yang sesuai dengan konteks lokal.Â
Dalam jangka panjang, pendekatan ini juga akan mendorong penguatan kapasitas daerah, distribusi sumber daya iptek yang merata, serta mendukung visi Indonesia sebagai negara maju berbasis pengetahuan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!