Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menkes Tanggapi Kritik Guru Besar FKUI: Prioritaskan Kepentingan Masyarakat, Bukan Pihak Lain

25 Mei 2025   07:17 Diperbarui: 25 Mei 2025   07:17 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot via Kompas.íd

Pernyataan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, baru-baru ini menyita perhatian publik, khususnya komunitas kesehatan dan dunia akademik. 

Dalam sebuah wawancara, ia menegaskan bahwa kebijakan kesehatan nasional yang dirumuskan oleh pemerintah tidak mengutamakan kepentingan pihak lain, melainkan fokus sepenuhnya pada kepentingan masyarakat. Tanggapan ini disampaikan menyusul kritik terbuka dari seorang Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) terkait arah kebijakan kesehatan nasional.

Bukan kali pertama sektor kesehatan menjadi medan tarik menarik berbagai kepentingan. Namun, ketika kritik dilontarkan oleh kalangan akademik terkemuka, publik layak menaruh perhatian lebih. Apa sebenarnya yang menjadi pokok kritik? Sejauh mana pemerintah mampu menyeimbangkan kepentingan publik, profesional, dan industri dalam merancang sistem kesehatan nasional? Dan apakah pernyataan Menkes cukup menjawab kekhawatiran tersebut?

Kritik Akademisi: Etika dalam Kebijakan Publik

Kritik dari Guru Besar FKUI, meski tidak secara eksplisit diuraikan dalam media, diyakini berkaitan dengan transformasi besar yang sedang dijalankan di sektor kesehatan. Dalam satu tahun terakhir, Kementerian Kesehatan menggulirkan sejumlah reformasi besar seperti penguatan layanan primer, digitalisasi sistem data lewat platform Satu Sehat, dan penguatan industri farmasi nasional.

Di sisi lain, muncul kekhawatiran dari kalangan medis dan akademik bahwa kebijakan-kebijakan ini terlalu cepat diterapkan tanpa cukup banyak ruang diskusi publik, konsultasi ilmiah mendalam, maupun partisipasi luas dari pelaku kesehatan di daerah. Kekhawatiran juga menyasar kemungkinan adanya kepentingan pihak industri atau politik tertentu yang menunggangi reformasi kesehatan tersebut.

Bagi seorang akademisi, terutama dengan latar belakang kedokteran, kritik semacam ini adalah bagian dari tanggung jawab moral dan intelektual. Ia bukan semata soal ketidaksepakatan, tetapi bentuk kewaspadaan terhadap arah kebijakan yang berpotensi menyimpang dari tujuan utamanya: melayani masyarakat.

Klarifikasi Menkes: Kepentingan Masyarakat adalah yang Utama

Menanggapi kritik tersebut, Menkes Budi Gunadi Sadikin secara lugas menyampaikan bahwa "kepentingan pihak lain selain kepentingan masyarakat tidak menjadi prioritas utama" dalam perumusan kebijakan. Ini adalah bentuk penegasan bahwa Kementerian Kesehatan tidak sedang menjadi alat dari korporasi, industri, maupun kepentingan politik tertentu.

Pernyataan Menkes ini, jika dibaca dengan cermat, bukan sekadar klarifikasi personal. Ia sekaligus menjadi representasi arah politik kesehatan nasional di tengah berbagai tekanan. Menkes menegaskan bahwa transformasi sistem kesehatan akan tetap dijalankan demi pemerataan akses layanan, efisiensi pembiayaan, dan digitalisasi sistem data---bukan demi keuntungan segelintir kelompok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun