Mohon tunggu...
Hari Pebriantok
Hari Pebriantok Mohon Tunggu... Lainnya - Redaktur

Wartawan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jalan-jalan di Kota Rumi

21 Juli 2014   00:12 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:46 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rasanya senang bisa menemani kang Wiji berkeliling Konya kemarin (15/7). Kang Wiji Julian adalah mahasiswa jurusan farmasi ITB yang berhasil memperoleh beasiswa pertukaran pelajar ke Ankara University, dan akan tinggal di Ankara selama 1 bulan. Disela-sela kegiatannya belajar di kampus dia sempatkan untuk mengenal Turki lebih dekat dengan mengunjungi kota-kota diluar Ankara seperti Konya. Sebelum ke Konya dia sudah pergi EskiÅŸehir.

Dia datang ke Konya hari Senin malam (15/7) menaiki bus antar kota. Ankara-Konya bisa ditempuh dengan dua jalur darat. Pertama bus dengan harga tiket 25 Lira, dan Kereta dengan harga tiket 20 Lira. Perjalanan dengan bus memakan waktu 3,5 jam, kalau kereta 2 jam.

Kang Wiji berangkat dari Ankara Senin sekira pukul 16.00 ‘mendarat’ di Konya pukul 19.30. Maaf ya kang kemarin agak telat jemputnya. Kemudian kami meluncur kerumah dengan naik dolmuş sebutan untuk angkot disini. Ditengah jalan, adzan magrib tanda waktu buka berkumandang. Kami minum setenggak air yang sudah disiapkan kang Wiji dari Ankara.

Sampai dirumah kami sudah disambut mas Bje mahasiswa master di Selçuk University. Dia telah menyiapkan menu buka yang sangat lezat. Terimakasih mas Bje yang sudah masak kolak dll. Kalau kata orang Turki Allah razı olsun semoga Allah meridhoi untuk mengucapkan terimakasih. Setelah buka puasa kami sholat magrib setelah itu melanjutkan aktivitas nge-teh kita. Adzan Isya berkumandang kita langsung menuju masjid yang kebetulan dekat dengan rumah untuk shalat Isya plus tarawih.

Hari Selasa(15/7) waktunya untuk keliling Konya. Tujuan utama kami adalah makam dan museum Maulana Jalaluddin Rumi. Tokoh sufi yang mengenalkan Sema. Sebelum kesana kami mampir dulu ke berbagai masjid. Salah satu masjid yang kami kunjungi adalah Kapı Cami , keunikan masjid ini adalah jendela-jendelanya yang berukuran jumbo, lebih besar dari pintu masuknya. Terlihat didepan pintu masuk  se kardus kurma. Ada hal menarik, selain kurma ada juga sekumpulan kaos kaki (baru pastinya) yang dibagikan secara gratis. Sebelum masuk masjid kita harus pakai kaos kaki terlebih dahulu.

Setelah itu kami ke tujuan utama makam dan museum Maulana Jalaluddin Rumi. HTM museum ini adalah 5 Lira. Selain bayar tiket kita bisa masuk dengan menggunakan kartu museum yang telah dibuat sebelumnya seharga 20 Lira. Kartu museum berlaku diseluruh museum yang dikelola pemerintah seluruh Turki. Jika kita punya kartu museum, kita sudah tidak perlu membayar tiket masuk. Di dalam museum Maulana ini kita bisa melihat berbagai peninggalan-peninggalan sejarah dari jamannya Maulana seperti baju darwis, tasbih, masnawi (kumpulan puisi), serta peninggalan sejarah Turki Ustmani.

Disamping museum ini pemerintah kota Karatay menyediakan layanan internet dan minum gratis, namun karena sedang puasa kami tidak mampir. Perjalanan dilanjutkan ke Masjid peninggalan jaman Ustmani , Selimiye Cami. Letak masjid ini tepat berada di samping museum Maulana.  Karena panas terik matahari saya mengajak kang Wiji untuk istirahat sebentar di masjid itu sambil nge-charge baterai kamera yang habis.

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke makam Syamsudin Tebrizi dia adalah guru Maulana Rumi yang paling berpengaruh. Sebelum sampai kesana kang Wiji membeli cendera mata untuk dibawa ke Indonesia. Tepat adzan ashar waktu kami tiba di makam beliau. Makam Syamsudin Tebrizi terletak didalam masjid. Jamaah berbondong-bondong datang untuk menunaikan shalat ashar. Setelah shalat ashar kang Wiji yang berada di barisan shaf paling belakang terlihat ngobrol dengan orang-orang Turki. Mereka  (orang Turki) menebak kang Wiji kalau dia berasal dari Indonesia.

Terakhir kami pergi ke bukit Aladin yang terletak dipusat kota. Bukit ini dulunya merupakan istana kesultanan Selcuk. Dibukit ini kami dapati masjid Alladin yang dibangun tahun 1235. Alladin Keykubat merupakan raja yang paling sukses di kesultanan Selcuk. Bukit ini adalah destinasi kita yang terakhir.

Sore hari kami diundang makan buka di rumah Mehmet Tugay, teman sekelas saya. Ibunya telah menyiapkan ayam goreng, nasi khas Turki dan Cacık (yogurt dicampur air dan buah mentimun). Kang Wiji nampaknya belum bisa menikmati Cacık dia mencoba memaksa untuk minum tapi belum berhasil.

Kang Wiji pulang ke Ankara Rabu pagi yang seharusnya pukul 04.00 mundur jadi 04.50 gara-gara bus ÖZKAYMAK yang akan dia tumpangi telat.

Sampai jumpa dilain kesempatan kang Wiji Julian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun