Mohon tunggu...
E.K.S Harini Muntasib
E.K.S Harini Muntasib Mohon Tunggu... Akademisi IPB University

E.K.S Harini Muntasib adalah profesor IPB University dan praktisi ekowisata, ahli pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Lulusan IPB University dan UGM. Dedikasinya kuat untuk konservasi dan wisata berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Bahaya Apa Saja dalam Pendakian Gunung Rinjani?

22 Juli 2025   17:44 Diperbarui: 23 Juli 2025   07:52 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahaya pendakian Gunung Rinjani (Foto: Freepik)

Gunung Rinjani adalah ikon kebanggaan di gugusan Kepulauan Sunda Kecil. Dengan ketinggian 3.726 mdpl, Rinjani menjadi gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia yang masih aktif, sekaligus pusat destinasi wisata alam di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, gunung ini telah lama menjadi magnet bagi para pendaki dari dalam dan luar negeri. Keindahannya menjadikan Rinjani sebagai salah satu dari tujuh gunung tertinggi di Indonesia yang paling diminati oleh para pencinta alam.

Akan tetapi, mendaki gunung aktif seperti Rinjani bukan tanpa risiko. Muntasib et al. (2019) meneliti adanya peristiwa tanah longsor di beberapa titik jalur pendakian. Sayangnya, kejadian ini kerap tidak tercatat secara resmi karena banyak longsor terjadi akibat kombinasi gempa dan aktivitas vulkanik dari kawah Rinjani.

Di antara berbagai jalur pendakian, jalur Sembalun menjadi favorit para pendaki. Jalur ini dianggap lebih landai dibandingkan jalur Torean atau Senaru, serta merupakan akses terdekat menuju puncak. Meski demikian, jalur Sembalun mulai terasa berat setelah Pos 3, saat pendaki harus melewati "tujuh bukit penyesalan" sebelum tiba di Pelawangan Sembalun.

Sementara itu, Jalur Senaru terkenal dengan rimbunnya hutan di sisi kiri dan kanan jalur (Raytodi et al., 2020). Tantangan berat di jalur ini dimulai setelah Pos 3 menuju Pelawangan Senaru. Pendaki harus menghadapi jalur yang menanjak, berbatu, dan terbuka, serta harus melewati punggungan bukit yang ditumbuhi rumput sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan menuju puncak Rinjani.

Apa Bahaya Fisiknya?

Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) memiliki kondisi alam yang beragam, sehingga secara otomatis memunculkan beragam ancaman fisik bagi pendaki. Agar risiko bisa diminimalisir, penting dilakukan penilaian risiko berbasis catatan kecelakaan yang pernah terjadi di jalur pendakian.

Menurut Gitapala (2014), bahaya fisik adalah segala bentuk ancaman yang berasal dari alam. Berdasarkan hasil observasi lapangan, terdapat tujuh potensi bahaya fisik di jalur Sembalun-Senaru, yaitu aktivitas vulkanik, longsor, jurang, jalur terjal, kabut, rawan kebakaran, dan suhu rendah.

Pemetaan bahaya fisik di Gunung Rinjani (Foto: DKSHE IPB, 2022)
Pemetaan bahaya fisik di Gunung Rinjani (Foto: DKSHE IPB, 2022)

Penilaian risiko menunjukkan bahwa jalur terjal, jurang, dan suhu rendah menjadi potensi bahaya dengan risiko paling tinggi, masing-masing dengan nilai risiko 24 (kategori risiko sedang). Jalur terjal dan jurang berbahaya karena minimnya kewaspadaan pendaki dan kurangnya sarana pengaman seperti pagar pembatas atau tali pengaman. Sementara itu, suhu rendah kerap dianggap remeh, padahal faktanya suhu di sekitar jalur pendakian berkisar 14-27C. 

Data Balai TNGR mencatat kasus hipotermia di beberapa titik seperti Pos II Sembalun, Pos IV Sembalun, Pelawangan Sembalun, hingga jalur menuju puncak.

Apa Bahaya Biologinya?

Saat mendaki Gunung Rinjani, banyak pendaki hanya fokus pada medan yang berat atau cuaca ekstrem. Padahal, ada bahaya lain yang sering luput dari perhatian, yaitu bahaya biologi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun