Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jejak Jalan Sawit di Sukabumi

12 November 2020   03:59 Diperbarui: 12 November 2020   04:27 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
Usai diurut, Abah Jawa menepati janjinya. Ia segera menuju dapur untuk menyiapkan peralatan masak. Yang lain bekerjasama mengupas petai cina yang saya bawa. 

"Ini petai cina ngapain kamu beli? Petik saja di sekitar sini banyak. Tumbuh liar. Gratis teu perlu bayar." Abah Jawa tertawa.

dokpri
dokpri
"Nah kalau kecombrang, bagusnya jangan cuma bunganya yang dibeli. Buahnya yang bundar itu juga enak disantap. Asam-asam kecut. Dipakai ngerujak enak," sambil tangannya terus membongkar kantong plastik yang saya bawa. Kang Maman, rekan serumahnya, menawarkan diri untuk membeli nasi dan lauk lainnya. Rp 70 ribu ternyata cukup untuk membeli bahan makanan untuk 8 hingga 9 orang.

dokpri
dokpri
Santap siang itu terasa begitu nikmat. Barangkali karena saya sendiri juga sudah kelaparan karena terlambat makan. Nasi sekepal kecil, dilengkapi ikan asin, sambal kecombrang, tumis tempe, jamur tiram, dan petai cina.  Begitu sederhananya masakan rumahannya Orang Sunda. Penuh dengan menu sayuran dan protein nabati. Pantas mereka awet muda, langsing, dan kulitnya halus.

"Kita senang ada orang kota mau duduk bersama makan ala kadarnya begini," Kata Kang Maman sambil terus menyuapkan nasi dengan lahap.

"Sudah kebiasaan saya mengajak serta makan warga sesuai dengan masakan rumahan mereka, Kang. Jadi bisa lebih akrab dan dapat keterangan lebih banyak untuk bahan tulisan," jawab saya.

"Sebenarnya banyak sekali tempat wisata di dekat Pelabuhan Ratu ini. Tapi memang yang ada di tengah-tengah kebun sawit adanya di sekitar Cikidang sana," Kang Maman menginfokan. "Sekitaran Saolin juga ada beberapa," keterangannya makin menguatkan fakta yang saya dapatkan sebelumnya.

dokpri
dokpri
Sebelum beranjak dari Pelabuhan Ratu, saya juga sempat mencicipi Baso Ikan Marlin. Enak sekali rasanya. Padat dan tidak amis seperti baso ikan lainnya. 

dokpri
dokpri
Bicara mengenai tempat wisata, di sekitar Malingping, Banten, juga saya temukan beberapa spot wisata disekitaran kebun sawit. Misalnya Curug Sewu yang merupakan pemandian air deras yang melintasi kebun sawit. Tentunya pariwisata seperti ini mustahil muncul kalau memang tuduhan sawit rakus air itu benar terjadi.

dokpri
dokpri
Sayangnya waktu saya berkunjung ke sana, Curug Sewu ditutup, tampaknya karena alasan pandemi COVID19. Hanya seorang pemuda dengan motornya yang mau memberikan keterangan ke saya.

"Ini harusnya ramai, Bang. Tapi hari ini tutup. Saya tadi bareng teman-teman, tak jadi mandi di sini. Mereka pulang duluan, saya duduk-duduk saja menyaksikan pemandangan," jelasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun