Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pulau Baai, Kala Membangun Tak Lagi Melulu Menunggu Pemerintah

19 September 2018   03:21 Diperbarui: 19 September 2018   04:03 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah dengar rebung? Pasti pernah.. Nah apa baunya rebung kalau kita makan dari lumpia semarang? Pesing bukan? Ya.. secara natural rebung kalau dimasak pasti bau pesing. Nah suku asli di Bengkulu memasak rebung ini dengan cara unik. 

Sudahlah bau pesing, difermentasi pula! Hahaha. saya sampai mual tertempeli bau lema ini berhari-hari setelah makan dan harus terkurung di udara AC mobil. Bau lema bisa menempel setidaknya tiga hari setelah makan! Lebih parah dari jengkol hahahah.

Namun seperti juga tempoyak di kebudayaan melayu, banyak yang juga menyalahpahami lema. Lema, di luar baunya yang nauzubillah, adalah hidangan yang lezat. Kalau dipikir-pikir mirip sayur kimchi dari Korea. Namun karena bahan dasarnya rebung, jadi lembut dan empuk sekali. Biasanya lema ini dicampurkan dengan potongan ikan dan sayuran, sehingga rasanya sangat khas. Yang penting tahan baunya saja..

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Lema sulit ditemui di Kota Bengkulu. Untuk menemukannya, mainlah ke arah Kepahiyang atau Curup. Di sinilah banyak suku asli Bengkulu, Rejang, bermukim. Sehingga kita masih mudah menemukan makanan asli. 

Bagaimana dengan Kota Bengkulunya sendiri? Lah sepanjang pengamatan saya kok malah banyak Rumah Makan Padangnya hahaha. Terus terang sulit menemukan rumah makan dengan masakan asli dari Bengkulu di Kota Bengkulu sendiri.

Apalagi yang khas dari Bengkulu? Kalau memang sudah ke arah Curup, singgahlah sebentar ke Kepahiyang. Di sinilah sumber kopi yang enak sekali, kepahiyang. Selintas dari rasanya kopi robusta Kepahiyang agak asam, mirip arabica. 

Mungkin karena di tanam di daerah tinggi. Namun ia tidak kehilangan karakter kopi robustanya yang berat dan kaya. Aromanya juga harum, mirip gula terbakar. Saat selesai roasting dan grinding, air liur saya langsung menitik mencium aroma kopi kepahiyang.

Masih banyakkah cerita Bengkulu? Masih banyak yang belum saya eksplorasi. Teman-teman bisa ikut memajukan pariwisata Bengkulu, membebaskannya dari kebosanan Pantai Panjang lagi Pantai panjang lagi. 

Coba mainlah ke Pulau Baai, atau sekalian mainlah ke arah timur, ke bukit barisan, ke arah Curup dan sekitarnya. Selain hawanya sejuk, pemandangannya indah, masakannya juga enak sekali, khas suku Rejang...

Terima kasih Bengkulu!

#1000kmJKW

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun