Pagi menjelang. Pantai dipadati suka cita. Perahu nelayan berderet rapi melabuhkan harapan. Matahari turut membagikan kehangatannya. Burung camar riuh rendah berebut ikan-ikan yang dilemparkan seorang nelayan.
Ikan berbagai ukuran dan jenis bertumpuk jadi satu di keranjang kecil. Para pembeli berebut melihat dan menawar harga. Bau keringat nelayan dan pembeli bercampur aduk dengan wangi uang.
Jala-jala masih berbau amis ikan. Para nelayan menjemur dan menyulam jala yang berlubang. Sore nanti dipakai lagi. Agar tak ada ikan yang meloloskan diri.
Perahu harus dirawat. Harta berharga untuk menyandarkan hidup. Jika ada retak pada sambungan kayu, nelayan harus sigap menambalnya. Keretakan kecil itu bisa berakibat fatal pada tenggelamnya perahu atau bahkan rumah tangga.
Matahari sore mulai beringsut ke balik cakrawala. Langit berganti gaun warna lembayung. Kau lihat camar-camar juga beranjak ke sarang. Beristirahatlah sebentar menikmati rejeki yang diberikanNya.
Saat malam menyelimuti pantai. Para nelayan bersiap diri melaut. Segala sesuatu telah disiapkan. Jangan sampai ada yang ketinggalan. Angin darat mengantarkan segala harapanmu. Istri dan anak-anakmu berdoa kau selamat membawa rejeki.Â
Ombak menari-nari menopang perahumu. Lihat, di kejauhan perahu ada yang menebar jala. Ayo nelayan, tebarkan jalamu. Aku akan membawanya ke tempat ikan berada.Â
Horison menantimu. Ada harapan di sana. Datanglah ke sini. Ikan-ikan sedang berpesta. Menanti untuk menyuguhkan rejeki untukmu yang dipersiapkan oleh Yang Maha Pemberi Rejeki.
Surabaya, Jumat 2 Juli 2021