Mohon tunggu...
hanum fauzia
hanum fauzia Mohon Tunggu...

mahasiswi UPN Veteran Yogyakarta jurusan ilmu komunikasi angkatan 2010

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cuma Anak Rantau yang Tahu Rasanya

17 November 2017   17:05 Diperbarui: 20 November 2017   08:09 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merantau ke luar kota sering dijadikan pilihan bagi mereka yang ingin lepas dari zona nyaman bernama rumah. Orang yang merantau biasanya mempunyai misi untuk merubah kehidupan yang lebih baik atau menjadi lebih mandiri. Apapun alasannya, merantau mengajarkan seseorang untuk lebih struggling menghadapi tantangan kehidupan.

Tiga bulan pertama adalah saat-saat yang berat untuk dilalui seorang perantau. Mereka juga akan merasakan pengalaman dan perasaan baru yang hanya bisa dialami oleh mereka yang tinggal jauh dari orang tua nya, seperti:

Jadi boros tisu

Sumber: Shutterstock
Sumber: Shutterstock
Di hari-hari pertama merantau, mata kamu akan membengkak dan tisu kamu akan cepat habis. Ini dikarenakan tiap malam kamu selalu menangis karena rindu akan rumah. Tiba-tiba kamu kangen dengan adikmu, orang yang selalu kamu ajak berkelahi tiap harinya, atau suara ibu yang mengomel tiap pagi karena kamu sulit dibangunkan. 

Berubah jadi alien

Karena kamu adalah orang daerah yang sangat kental dengan logat kedaerahanmu, maka kamu sering dicap alien ketika berbicara. Ini karena lingkunganmu tidak mengerti apa yang kamu bicarakan. "Ngomong apa, sih lo??" mungkin akan sering terucap oleh temanmu dengan nada sedikit meledek. Kamu akan merasa aneh dan beda dari yang lain hingga pada akhirnya kamu berhasil menemukan teman yang 'satu rumpun',  kamu tidak berhenti mengucapkan kalimat syukur karena kamu merasa punya teman dengan nasib yang sama.

Sering sakit kepala dan leher

Ini khusus bagi kamu yang baru merantau ke Jakarta. Jika biasanya sawah dan pepohonan yang rindang adalah pemandanganmu sehari-hari, maka kamu akan sering menengadahkan kepala melihat gedung-gedung pencakar langit berjejer di jalanan Jakarta dengan decakan kagum. Akibatnya, kepala dan leher kamu jadi sering sakit karena selalu melihat ke atas terlalu lama.

Berkah adalah Harpitnas

Rasa rindu dengan kampung halaman mengalahkan segalanya. Akhirnya, kamu lebih jeli dengan keberadaan tanggal merah dan siap 'berperang'dengan perantau lain untuk membeli tiket secara online. Jika diperlukan, bahkan kamu akan menyewa hacker untuk membantumu membeli tiket di situs pembelian tiket kereta atau pesawat terbang.

Jadi pemburu wifi

Sumber: Shutterstock
Sumber: Shutterstock
Jika di rumah kamu dengan bebasnya streaming youtube, maka saat ini kamu punya julukan baru, yaitu sebagai wifi hunter. Kamu akan mencari tempat-tempat yang menyediakan wifi gratis supaya hemat pulsa internet. Buat perantau yang kreatif, mereka sering mengisi survey gratis di DI SURVEY, karena kamu bisa kumpulin poin untuk ditukarkan dengan pulsa Rp 25.000. Lumayan lah buat isi kuota internet tiap minggunya. DI SURVEY juga sering membagikan hadiah-hadiah menarik, seperti voucher makan di restoran, voucher belanja, dan lain-lain.

Pengorbanan menjadi perantau memang banyak. Namun percayalah, kesulitan-kesulitan ini mengajarkanmu untuk jadi manusia yang lebih bijak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun