Mohon tunggu...
Mochammad RaihanAlFarabi
Mochammad RaihanAlFarabi Mohon Tunggu... Desainer - buat nugas

Manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisis Fenomena Berfoto di Sign Jalan Malioboro Berdasarkan Teori Sosiologi Desain

26 November 2019   19:30 Diperbarui: 26 November 2019   19:39 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sign system dikenal sebagai tanda yang berfungsi untuk menunjukan arah dan penanda suatu tempat. Sign system biasanya ditemukan pada jalanan di sudut kota maupun tempat khusus. Selain itu, sign system dapat menjadi identitas suatu kota. Salah satu contoh sign system yang menjadi ciri khas suatu kota adalah sign system Malioboro di Jogja. Ketika menyebut sign system di Jogja, hal pertama yang terlintas dipikiran adalah sign system di Malioboro, sebuah kawasan wisata pedestrian yang membentang dari Selatan stasiun Tugu sampai titik nol kilometer Yogyakarta. Malioboro terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan, makanan, dan oleh-oleh khas Jogja.

Sign system Malioboro memiliki desain yang berbeda dari tempat lain. Jika pada umumnya hanya berupa papan persegi panjang yang ditancapkan pada sebuah tiang, lain halnya dengan sign system Jl. Malioboro. Sign system ini memiliki ukiran-ukiran disekitar papan nama jalannya sehingga terkesan lebih unik daripada sign system yang lain. Hal inilah yang menarik perhatian banyak orang untuk datang ke Jogja, dan berfoto di sign system tersebut. Bagi mereka rasanya kurang lengkap jika berkunjung ke Yogyakarta tanpa mengunjungi kawasan Malioboro dan berfoto di bawah sign system Jl. Malioboro.

Fenomena ini menjadi sesuatu penting untuk diangkat dimana para pelancong dari berbagai kota beramai-ramai untuk berfoto dibawah sign system Jl Malioboro sedangkan para masyarakat Jogja sendiri terlihat jarang untuk berfoto disana. Sign system yang awalnya berfungsi sebagai penunjuk jalan beralih fungsi  menjadi spot foto yang menjadi daya tarik para pelancong dari berbagai daerah untuk berkunjung ke Jogja dan berfoto disana.


Landasan Teori Sosiologi

  • Teori Konflik

Konflik mencangkup suatu proses dimana terjadinya pertikaian atau pertentangan hak atas kekayaan, kekuasaan, kedudukan, dan seterusnya, dimana salah satu pihak berusaha menhancurkan pihak lain. (Soerjono Soekanto,1982,7)

  • Teori Interaksi-Simbolis

George Hebert Mead mengatakan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan pihak-pihak lain dengan perantaraan lambang-lambang tertentu yang dipakai bersama. Mereka dapat menafsirkan keadaan dan perilaku dengan mempergunakan lambang-lambang tersebut. (Soerjono Soekanto,1982,8)

  • Power

Power is the ability to influence or outright control the behavior of people. the bases of social power potential resources (which may or may not be used) that one has at one's command that can lead to an actual change in the beliefs, attitudes, behavior, emotion, and so on in another person. (French & Raven, 1959)

Kekuatan adalah kemampuan untuk mempengaruhi atau langsung mengendalikan perilaku orang. Dalam kasus ini peran crowd power, media power, dan force cukup berpengaruh. Sehingga berkaitan dengan kehidupan sosial.

Sumbangan untuk Ilmu Desain Komunikasi Visual

Perkembangan teknologi terutama pada dunia maya menimbulkan perilaku baru dalam lingkungan sosial. Seperti perilaku untuk menunjukkan eksistensi diri kepada orang lain. Eksistensi ini cenderung ditunjukkan melalui foto-foto yang diunggah di media sosial. Salah satu cara yang kerap dilakukan adalah dengan berfoto di tempat yang terkenal. Inilah yang menjadi latar belakang timbulnya gengsi yang kemudian menjadi sistem nilai dalam lingkungan sosial.

Melalui pengkajian ini, kita dapat mengetahui bahwa ada kaitan yang erat antara sistem nilai, desain, dan manusia atau masyarakat. Dimana pada kasus ini gengsi berfoto di tempat terkenal dapat menpengaruhi perilaku wisatawan yang berkunjung ke Malioboro untuk berfoto di sign system Malioboro, dimana sign system ini merupakan sebuah desain.

Dengan mengetahui keterkaitan ketiga unsur ini dapat membantu desainer DKV dalam membuat perancangan sebuah desain tanpa mengabaikan unsur lainnya. Selain itu, pengkajian ini juga menambah pengetahuan tentang desain yang ikonik, khususnya dalam hal sign system. Sehingga desainer DKV kedepannya dapat menciptakan desain yang memiliki keunikan dan ikonik.

Metode Penelitian

Penelitian kualitatif adalah suatu metode pengumpulan data yang bersifat deskriptif dan menggunakan teori yang ada untuk dianalisis sehingga dapat menghasilkan teori yang baru. Penelitian dilakukan pada hari selasa tanggal 19 November 2019 pukul 14.30 di jalan Malioboro. Metode yang digunakan yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke lapangan, dimana peneliti secara langsung melakukan survei pada tempat yang akan diteliti. Peneliti mencari informasi dengan mewawancarai pelaku fenomena yang akan diteliti.

2. Wawancara

Wawancara merupakan sebuah proses pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan beberapa pertanyaan kepada narasumber tentang fenomena yang diangkat. Jenis wawancara yang digunakan yaitu wawancara tidak terstruktur karena tidak menggunakan spesifik, tetapi hanya memuat poin poin penting saja.

ANALISIS

Sign system Malioboro memiliki desain yang unik dengan penambahan ornamen sehingga menjadi ciri khas kota Jogja yang berbeda dengan sign system pada umumnya. Dari waktu ke waktu, sign system Malioboro mengalami perubahan pada bentuknya. Pada awalnya sign system Malioboro memiliki desain berupa tiang sederhana yang diberi papan nama dengan cat warna hijau. Pada tahun 2012 sempat terjadi kerusakan pada papan nama sehingga pemerintah membuat desain baru yang lebih modern, namun terjadi penolakan dari masyarakat terhadap desain tersebut yang dinilai menghilangkan unsur budaya lokal sehingga terjadi sebuah konflik.

Menurut Aguste Comte dan Herbert konflik mencangkup suatu proses dimana terjadinya pertikaian atau pertentangan hak atas kekayaan, kekuasaan, kedudukan, dan seterusnya, dimana salah satu pihak berusaha menhancurkan pihak lain. ( Soerjono Soekamto.1982.7)

Karena dianggap menghilangkan unsur budaya, pada tahun 2017 akhirnya dikembalikan lagi ke bentuk sign system dengan tiang besi yang memiliki ornamen berwarna hijau dan hiasan berwarna kuning yang bertahan hingga sekarang.

Adanya perubahan pada sign system malioboro merupakan bentuk upaya kreatif yang dilakukan pemerintah untuk melestarikan budaya pada setiap aspek sosial. Dalam hal ini, budaya kreatif menimbulkan ketertarikan masyarakat untuk berfoto di sign system Malioboro. Sehingga sistem nilai ini dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan memberikan power terhadap sebuah desain.

"No pict = hoax. Yoi sis bro, lo harus bener-bener meyakinkan kalo lo emang lagi berada di Malioboro. Jadi saat lo masuk sekolah, kuliah, atau kantor, lo nggak dibilang manusia clickbait. Kayak judul-judul berita yang suka heboh sendiri itu, 'Wanita Ini Mengunjungi 5 Spot Unik di Malioboro, Nomor 4 Bikin Tercengang!" (Yohanes Endra Kristianto,2018).

Kemunculan media sosial memicu tren berfoto di objek wisata. Hal ini  menimbulkan ketertarikan dan eksistensi masyarakat untuk berfoto pada sign system Malioboro, kemudian menjadi bahan yang banyak diperbincangkan masyarakat. Sistem nilai ini dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan memberikan power terhadap sebuah desain pada sign system Malioboro. Sehingga terjadi dorongan sosial pada masyarakat untuk melakukan tindakan yang sama dengan orang lain.

Dorongan untuk berfoto pada sign system muncul karena ingin mengikuti tren perkembangan sosial. Mereka seakan mengejar eksistensi untuk mendapatkan perhatian dari semua orang. Dorongan tersebut timbul dari diri sendiri sebagai upaya untuk mempertahankan eksistensi. Adapun dorongan yang didapat dari luar timbul akibat orang tersebut melihat dan meniru kebiasaan yang dilakukan orang lain. Jadi masyarakat dan media sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap fenomena berfoto di sign system Malioboro.

 Masyarakat memiliki pandangan apabila berkunjung ke kota Yogyakarta kurang lengkap jika tidak berfoto di area tersebut. Anggapan tersebut menyebabkan sign system Malioboro menjadi tempat yang ikonik untuk mengabadikan momen wisatawan yang berkunjung ke Malioboro. Banyak dari mereka yang memiliki kesan tersendiri ketika berfoto pada sign system malioboro tersebut.

Menurut Dhimas, seorang wisatawan asal Jakarta berpendapat bahwa dia rela berpanas - panasan demi berfoto di sign system malioboro. Alasannya  karena dia ingin memiliki foto kenangan pada tempat ikonik di kota Yogyakarta. Tanpa berfoto disana ia merasa liburannya ke Jogja terasa kurang lengkap.

Adapun narasumber lain yang kami wawancarai ialah Prasta yang mengatakan bahwa berfoto di sign system merupakan salah satu cara untuk menunjukkan kalau dirinya sedang berada di Jogja. Kenapa harus sign system Malioboro? Karena menurutnya disana merupakan tempat yang unik untuk dijadikan spot foto di Jogja.

Dhika menyatakan dia sendiri tidak suka berfoto di tempat ramai tapi menurutnya orang orang berfoto disana karena ingin menunjukkan eksistensinya yang sedang berada di Jogja. Mereka seakan merasa gengsi jika tidak melakukan tindakan tersebut. Karena memang benar sign system malioboro sudah menjadi spot favorit bagi wisatawan.

" Jika pertama kali ke jogja menurutku itu jadi suatu kewajiban, karena saat pertama kali itu pasti akan sangat exited sehingga aku merasa harus foto disitu. Untuk kenapa harus di sign systemnya aku lihat  orang lain foto disitu, jadi aku ngerasa aku juga harus foto disana. Menurutku juga tempat sign system itu strategis karena kalau di situ memperlihatkan seluruh jalan malioboro.",- Ungkap Josi sebagai salah satu narasumber.

Sebagian besar argumen yang dilontarkan narasumber menunjukkan fakta bahwa sign system malioboro menjadi simbol ikonik bagi kota Jogja, terutama kawasan Malioboro. Pengaruh interaksi masyarakat dan media sosial  mengakibatkan tempat tersebut menjadi tenar dan cepat dikenali banyak wisatawan. Ketenaran sign system Malioboro yang telah diketahui banyak orang menyebabkan terjadinya daya tarik wisatawan untuk berfoto di sign system Malioboro. Pada akhirnya, hal tersebut mendorong terjadinya penambahan fungsi pada sign system.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa eksistensi individu dapat menciptakan sebuah sistem nilai dalam lingkungan masyarakat. Sistem nilai ini dapat mempengaruhi perilaku seseorang dan memberikan power terhadap sebuah desain. Desain yang unik dapat menarik perhatian orang yang melihatnya. Sama halnya dengan sign system Malioboro yang memiliki keunikan sendiri, tidak seperti sign system di tempat lain.

Pengaruh interaksi masyarakat dan media sosial dapat mengakibatkan tempat tersebut menjadi tenar dan cepat dikenali banyak wisatawan. Ketenaran sign system Malioboro yang telah diketahui banyak orang menyebabkan terjadinya daya tarik wisatawan untuk berfoto di sign system Malioboro. Pada akhirnya, hal tersebut mendorong terjadinya penambahan fungsi pada sign system.

DAFTAR PUSTAKA

Bernard Raho,Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007. hlm. 54

dosenpsikologi.com.2019 https://dosenpsikologi.com/dampak-psikologis-media-sosial diakses pada tanggal 26 November 2019 pukul 17.45

Kristianto, Yoahnes Endra.2018 https://www.provoke-online.com/index.php/special/20186-kenapa-sih-harus-foto-di-depan-tulisan-jalan-malioboro diakses 25 November 2019 Pukul 15.27

maxmanroe.com.2019 https://www. Maxmanroe.com/vid/umum/penelitian-kualitatif.html diakses pada 26 November 2019 pukul 17.18

Raven, B. H. (1965). Social influence and power. In I.D. Steiner & M. Fishbein (Eds.),Current studies in social psychology (pp. 371--382). New York: Holt, Rinehart, Winston

Soekanto,Soerjono.1982.Teori Sosiologi:Tentang Pribadi dalam Masyarakat.Jakarta.Ghalia Indonesia

sosiologis.com.2018 http://sosiologis.com/teori-sosiologi diakses pada tanggal 25 November 2019 Pukul 14.52

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun