Mohon tunggu...
Hanna Cynthia
Hanna Cynthia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Keping Semangatku

28 November 2018   21:34 Diperbarui: 28 November 2018   21:37 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hancur sudah hidupku!" teriak Naya sambil mengacak-acak rambutnya. Hari itu, Naya merasa menjadi orang yang paling menyedihkan sedunia. Rasanya hatinya semakin lama semakin teriris dan pecah menjadi puing-puing. Tak kuat lagi rasanya bagi Naya untuk melanjutkan hidup ini.

2 tahun sebelumnya, Naya dikenal sebagai sosok yang sangat ceria, murah senyum, perhatian, dan ramah oleh orang-orang di sekitarnya. Namun, semua itu telah kandas dan kini ia menjadi orang yang seolah-olah tak dikenali banyak orang. Dirinya menjadi sangat tertutup, dingin, dan cuek kepada siapapun, kecuali seseorang sahabatnya bernama Veny. Veny adalah satu-satunya orang yang tak pernah kenal lelah dalam menghadapi sikap sahabatnya itu. Ia tahu semua hal yang Naya alami dan tahu seluk beluk hati Naya.

"Non, dipanggil Nyonya untuk makan bersama." kata Asih alias asisten rumah tangga keluarga Naya. Ketika itu, Naya yang sedang terpuruk dan memilih untuk duduk di lantai sambil memegang suatu bingkai foto miliknya. Baginya, bingkai foto berisi 4 orang itu adalah hal yang sangat berharga bagi dirinya. Ketiga orang itu sempat menjadi bagian yang indah dalam hidupnya, tetapi, kini semuanya berbalik 360 derajat.

Naya tetap mengabaikan perintah ibunya sendiri untuk makan malam bersama. Bi Asih sudah terlalu sabar untuk menghadapi sikap Naya yang akhir-akhir ini berubah. Dengan diam, Bi Asih langsung turun menuju dapur dan memberi tahu Anne, ibu Naya, bahwa Naya tetap mengabaikannya.

***

"Nay, lo kenapa sih? Dari tadi diem terus." kata Veny. Sejak pagi, di sekolah ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. "Gue ngga kenapa-napa." jawab Naya singkat. Bel istirahat pun bunyi, kali ini Naya memilih untuk tidak ke kantin dan pergi ke balkon paling atas sekolahnya itu.

"Gue ke kantin dulu ya, Nay. Lo mau ikut ngga?" tanya Veny. Naya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tanda menolak. Dengan cepat, Naya. langsung berjalan ke arah balkon lantai 4 sekolahnya itu. Disitu, ia melihat ada seseorang yang berdiri diatas sebuah meja kayu yang sudah tua dan terlihat bahwa ia mau menjatuhkan diri dari balkon tersebut.

"WOI LO UDAH GILA YA!" teriak Naya. Saat itu juga, ia langsung menarik tangan lelaki yang hendak bunuh diri itu. "Bukan urusan lo!!" bantahnya. Lelaki itu adalah kakak kelas Naya. Ia merasa hidupnya sudah tidak berguna, tak ada lagi alasan baginya untuk tetap hidup.

"Gue cuma mau bilang, hidup itu untuk lo syukuri, bukan lo sia-sia in. Seberapa besar masalah yang lo punya, lo harus hadapi itu. Ingat, bukan lo doang yang punya masalah, kita semua punya, tapi yang beda adalah cara kita menyelesaikan dan sabar menghadapi masalah itu." kata Naya. Kalimat itu adalah kalimat terpanjang yang Naya ucapkan sejak kejadian 2 tahun lalu yang menimpanya. Seketika itu juga, Naya merasa bahwa bukan dirinya saja yang hancur hidupnya, tapi ada orang yang hidupnya lebih hancur daripada Naya.

Tak lama air mata itu turun mencapai pipi lelaki itu. Naya tak dapat membayangkan seberapa sulit hidup lelaki itu sampai ia mengeluarkan air mata. Naya merasa lelaki tak dapat menangis, karena lelaki adalah sosok yang kuat. "Eh, lo jangan nangis dong, cengeng amat." ledeknya. "Bisa diem aja ngga sih lo! Lo gatau betapa sakitnya hati gue melihat 2 orang yang gue sayangi pisah gitu aja." balas lelaki bernama Vino itu sambil mengusap tangisnya.

"DAN LO GATAU BETAPA PECAHNYA HATI GUE MELIHAT NYOKAP GUE MENDORONG ADIK GUE SAMPAI MENINGGAL. LO JUGA GATAU BETAPA PEDIHNYA GUE MENJADI ANAK BROKEN HOME DISAAT LO BARU AJA KEHILANGAN ORANG YANG LO SAYANG." Naya tak kuat menahan rasa sedihnya sehingga ia tersungkur ke lantai balkon itu mengingat bahwa 2 tahun lalu, Anne mendorong Nelly dengan maksud agar ia menyadari kesalahannya. Namun, ternyata nyawa Nelly tak tertolong karena kepalanya terbentur meja sangat kencang dan ia mengalami pendarahan besar di otaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun