Akhir-akhir ini masih marak dengan perilaku yang melanggar sikap kemanusiaan yaitu bullying. Bullying atau perundungan yaitu perilaku agresif yang mengintimidasi antar individu maupun kelompok (Mutia Isni Rahayu:2022). Perilaku ini kerap ditemui pada anak sekolah dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah.Â
Tercatat pada Januari sampai September tahun 2023, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) merilis data kasus bullying sebanyak 23 kasus. Dari data tersebut, 23% dari tingkatan SD, 50% dari tingkatan SMP, 13,5% dari tingkatan SMA, dan 13,5% dari tingkatan SMK. Â
Apakah bullying berdampak buruk? Tentu, karena perilkaku ini berdampak pada kesehatan mental  dan fisik. Dilansir dari detikedu bahwa kasus bullying telah memakan korban yakni siswa SDN di Kabupaten Sukabumi meninggal setelah mendapat kekerasan fisik dari teman sebaya dan 1 santri MTs di Blitar. Lantas apakah yang menyebabkan perilaku bullying ini?
Kepribadian
Terdapat hasil penelitian oleh Manesini, Nocentini dan Camodeca (2010) bahwa kepribadian yang ekstrovert rawan melakukan bullying karena berperan penting pada perilaku agresif. Pelaku bullying juga disebakan oleh kurangnya empati dan keprihatinan pada orang lain serta tidak terbuka dalam mengekspresikan perasaan. Dari hal tersebut dapat menyebakan pelaku tidak dapat menalar efek berbahaya yang akan ditimbulkan.
Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama seorang anak belajar berperilaku. Dari pengalaman dan pola asuh keluarga pada anak sangat menentukan kualitas sifat anak. Pola asuh yang mengarah ke bullying yaitu pola asuh otoriter.Â
Dimana pola asuh tersebut sering memberikan kekerasan seperti hukuman dalam bentuk fisik maupun psikologis dan sering menyelesaikan konflik menggunakan kekerasan.Â
Hal tersebut membuat anak tidak mampu mengembangkan empati pada orang lain dan menimbulkan sikap agresif. Selain itu, tidak adanya kepercayaan orang tua dan buruknya lingkungan keluarga dapat memicu terjadinya bullying.
Pengalaman buruk di masa kecil
Kesulitan dan pengalaman buruk pada masa kecil membuat perkembangan psikologi anak tidak sehat sehingga berpotensi melakukan bullying pada saat remaja. Hal ini dapat menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan sehingga menjadi faktor perlakuan kekerasan saat masa remaja.